Jakarta, Beritasatu.com - Ketua Dewan Pengurus Lembaga Penelitian Pendidikan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES) Didik J Rachbini melihat pemikiran Daniel Dhakidae sangat kritis menerjang cendekiawan dan kekuasaan. Selain itu, Didik melihat dalam tulisan Daniel juga dibahas terkait nasionalisme ekstrem dan kekuasaan yang terpusat. Selain itu juga adanya ideologi ekstrem.
Didik menyampaikan itu dalam acara Mengenang Pemikiran Daniel Dhakidae yang digelar LP3ES secara virtual, Minggu (11/4/2021).
“Bagaimana mengangkat pemikiran Daniel yang judul-judulnya menerjang cendikiawan dan kekuasaan,” kata Didik.
Didik menilai setiap tulisan Daniel Dhakidae dalam bukunya berjudul Cendekiawan dan Kekuasaan merupakan rekfleksi atau gambaran yang kritis. Secara khusus tentang hubungan cendekiawan dan kekuasaan sebagai relasi yang kompleks.
“Kalau saya pandang dari analisis Daniel, kalau dalam ekonomi itu ada the market, yaitu supply dan demand, ada eskpor dan impor, menghasilan modal dan capital dan membuat sistem ekonomi besar. Itu intinya adalah theory of contract, theory of exchange,” ungkap Didik.
“Diambil dari situ, dalam demokrasi menyerap the market itu sebenarnya untuk teori-teori ekonomi politik yaitu the political market, yaitu pertukaran antara voters yaitu rakyat dan calon pemimpin, partai-partai. Di Indonesia itu enggak klop. Jadi public choice yang digambarkan Daniel bagaimana agar demokrasi yang muncul dan teori yang ideal yang menjelaskan Indonesia itu kelihatan di bukunya,” tutur Didik.
Dalam bukunya itu, menurut Didik, Daniel sangat keras melihat ketidaksinkronan tersebut. Bahkan Daniel menyebut rezim Presiden Kedua sebagai neofasis.
“Itu yang dicap dalam buku Cendikiawan dan Kekuasaan. Dalam pandangan saya, ISEI (Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia) adalah bagian dari perlengkapan sistem kekuasaan itu. Golkar itu adalah bagian perlengkapan dari sistem kekuasaan yang neofasis menurut dia,” ucap Didik.
Dalam dua pertemuannya, Didik menyatakan, Daniel menilai demokrasi tidak terwujud karena jalannya terbelokkan.
“Dalam pandangan saya yang mirip pemikiran Daniel, ini quasi facism. Jadi (menurut) Daniel belok, itu belok ke quasi facism. Apa ciri-cirinya, yaitu dalam kuasa ada saya, kekuasaan ada di kau, dan itu masyarakat terbelah sekarang. Ciri-cirinya seperti itu. Jadi kalau Daniel neo facism, kalau mengangkatnya sekarang adalah quasi facism yang menuju ke arah itu, jadi belokan yang disebut Daniel tadi,” ungkap Didik.
Saksikan live streaming program-program BeritaSatu TV di sini
Sumber: BeritaSatu.com