Jakarta, Beritasatu.com - Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, Profesor Mikrobiologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan Tim Konsorsium Vaksin Nasional Amin Soebandrio mengimbau untuk mempercepat vaksinasi Covid-19 demi mencapai herd immunity (kekebalan kelompok). Dengan demikian, bisa mencegah terjadinya mutasi virus Sars-Cov2. Hal itu karena setiap kali menginfeksi, Sars-Cov2 memiliki kesempatan untuk bermutasi, dan peluang bermutasi itu akan semakin besar apabila menginfeksi pada banyak orang.
"Kita sedang balapan antara vaksinasi dengan mutasi virus Sars-Cov2. Oleh karena itu, kita mengupayakan sesedikit mungkin yang terinfeksi dengan vaksinasi diselesaikan secepat mungkin agar kemungkinan mutasi makin rendah. Serta, tidak keduluan dengan mutasi tersebut," ungkap Amin Soebandrio di sela virtual kuliah umum Swiss German University (SGU), Rabu (14/4/2021).
Amin Soebandrio menambahkan vaksin Covid-19 yang ada masih bisa digunakan untuk mencegah virus tersebut menjangkiti seseorang. Bahkan WHO masih belum memberikan arahan untuk ditinjau kembali atau pengembangan lagi hingga saat ini. Mengingat efikasi yang dilaporkan masih diatas 50% yang sesuai dengan aturan WHO. Meski demikian, WHO pun masih memantau terus mutasi virus Sars-Cov2 ini berdasarkan dua hal, yaitu Variants of Concern seperti pada varian mutasi B117, B1351, dan B11281 alias P1. Kedua adalah Variants of Interest termasuk varian mutasi E484K dan D6146.
Hingga Rabu (14/4/2021), lanjut Amin Soebandrio, tercatat sudah ada 50 juta orang yang telah divaksinasi. Angka itu terbilang sangat besar mengingat setara 20% dari penduduk Indonesia. Namun, masyarakat masih harus diberikan pemahaman dan diyakinkan lagi akan tiga hal. Pertama, Covid ini memang ada. Kedua, vaksinasi sangat penting karena tidak hanya melindungi diri saja, tapi juga masyarakat.
“Terakhir, perlu diingat vaksinasi tidak menghilangkan 3M, yaitu mencuci tangan, menjaga jarak, menghindari kerumunan. Serta 3T, yaitu testing, tracing, and treatment,” tambahnya.
Sedangkan kabar kelanjutan mengenai vaksin merah putih, Amin Soebandrio menjelaskan masih dalam tahap pengembangan yang dilakukan oleh enam institusi, yaitu Lembaga Eijkman, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Universitas Indonesia (UI), Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Airlangga (Unair), dan Universitas Gajah Mada (UGM).
“Tapi dari seluruh proses yang dilakukan saat ini, kelihatannya paling cepat vaksin Merah Putih baru akan tersedia pada pertengahan 2020 atau kurang lebih setahun dari sekarang,” paparnya.
Sementara itu, Rektor Swiss German University Filiana Santoso mengatakan kuliah umum ini dilandasi kepedulian Swiss German University terhadap masyarakat. Terlebih, masih banyaknya informasi yang simpang siur, sehingga kerap menimbulkan keresahan di tengah masyarakat. Hal ini mengingat vaksinasi Covid-19 merupakan hal yang masih baru.
“Kehadiran vaksin di tengah pandemi memiliki peranan yang sangat penting. Tak terkecuali pada dunia pendidikan,” tutupnya.
Saksikan live streaming program-program BeritaSatu TV di sini
Sumber: BeritaSatu.com