Sabtu, 25 Maret 2023

Kekalahan Timnas Iran Dirayakan, Suporter Ditembak Mati Aparat

Dwi Argo Santosa / DAS
Kamis, 1 Desember 2022 | 13:02 WIB

Jakarta, Beritasatu.com - Seorang pria Iran ditembak mati oleh pasukan keamanan setelah timnas Iran kalah dari AS dan tersingkir dari Piala Dunia 2022, Rabu (30/11/2022) dini hari WIB ketika demonstrasi anti-pemerintah di sebagian besar wilayah Iran. Teriakan bernada protes juga dilontarkan para suporter di dalam maupun luar stadion di Qatar.

Mehran Samak (27) ditembak mati setelah membunyikan klakson mobilnya di Bandar Anzali, sebuah kota di pantai Laut Kaspia, barat laut Teheran, seperti dikutip The Guardian dari aktivis hak asasi manusia.

Kekalahan Timnas Iran Dirayakan, Suporter Ditembak Mati Aparat
Mehran Samak (27).

Samak menjadi sasaran langsung dan ditembak di kepala oleh pasukan keamanan menyusul kekalahan tim nasional melawan Amerika. Pernyataan itu disampaikan kelompok Hak Asasi Manusia Iran (IHR) yang berbasis di Oslo.

Menurut laporan Daily Mail, Samak sedang duduk di mobilnya bersama tunangannya ketika seorang anggota pasukan keamanan Iran mendekati mobil mereka dan menembak kepala penggemar sepak bola itu. Dia dilarikan ke rumah sakit tetapi meninggal dalam waktu satu jam.

Amerika unggul 1-0 atas Iran pada penyisihan Grup B Piala Dunia 2022, di Stadion Al Thumama, Rabu (30/11/2022) dini hari WIB. Gol yang membawa AS memimpin dilesakkan Christian Pulisic pada menit ke-38.

Laga dua negara yang memutuskan hubungan diplomatik lebih dari 40 tahun lalu itu terjadi di antara situasi dalam negeri Iran yang dilanda unjuk rasa di seluruh negeri. Gelombang protes tersebut menyusul tewasnya Mahsa Amini, seorang wanita Kurdi berusia 22 tahun dari Saqqez di Provinsi Kurdistan Iran. Ia meninggal di rumah sakit Teheran, 16 September 2022.

Tiga hari sebelumnya Mahsa Amini ditangkap oleh patroli semacam polisi moralitas negara tersebut karena mengenakan jilbab secara tidak benar. Mahsa Amini ditengarai dipukuli di dalam mobil polisi yang membawanya ke Pusat Penahanan Vozara. Ia mengalami koma kemudian meninggal.

Kabar menyebar cepat melalui media sosial. Massa meminta pertanggungjawaban dari aparat. Protes pun segera menyebar ke kota-kota lain. Saat pemakaman Amini pada 17 September 2022, kerumunan orang berkumpul di Saqqez meneriakkan slogan “Women, Life, Freedom”, yang kemudian diteriakkan di seluruh negeri.

Tindak kekerasan pasukan keamanan Iran, menurut IHR, telah menewaskan sedikitnya 448 orang termasuk 60 anak di bawah usia 18 tahun dan 29 wanita.

Banyak orang Iran menolak untuk mendukung tim nasional mereka. Setelah pertandingan pada Selasa malam waktu setempat, rekaman di media sosial menunjukkan penonton justru bersorak dan menyalakan kembang api. Mereka menganggap Timnas berjuang di Piala Dunia atas nama pengsuasa Iran.

Pusat Hak Asasi Manusia di Iran (CHRI) yang berbasis di New York juga melaporkan bahwa Samak telah dibunuh oleh pasukan keamanan saat merayakan kekalahan Timnas Iran.

CHRI menerbitkan video dari pemakaman Samak di Teheran pada hari Rabu di mana para pelayat terdengar meneriakkan "matilah diktator". Nyanyian yang ditujukan untuk pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, adalah salah satu slogan utama protes.

Pada Selasa malam, jurnalis Iran yang diasingkan, Masih Alinejad, mengunggah video perayaan di Twitter, menulis: “Iran adalah negara di mana orang-orangnya sangat menyukai sepak bola. Sekarang mereka turun ke jalan di kota Sanandaj dan merayakan kekalahan tim sepak bola mereka melawan AS.”

Ia juga mengunggah video kembang api yang ditembakkan di Saqqez, kampung halaman Mahsa Amini.

Warga Iran juga merayakannya di Marivan. Kota ini adalah wilayah berpenduduk Kurdi di Iran barat di mana pada 21 November 2022 pasukan keamanan mengintensifkan tindakan keras yang menewaskan selusin orang selama 24 jam, menembak langsung ke pengunjuk rasa dan menggunakan senjata berat.

Ada juga perayaan di Teheran dan Sanandaj, ibu kota Kurdistan.

Perayaan itu terjadi setelah para penggemar di luar stadion di Doha berusaha menyoroti protes dan tindakan keras pemerintah Iran. “Semua orang harus tahu tentang ini. Kami tidak memiliki suara di Iran,” kata seorang warga Iran yang tinggal di AS, yang hanya menyebut namanya sebagai Sam, kepada Reuters.

Berbicara melalui telepon dari Teheran sesaat sebelum kick-off, Elham, 21, mengatakan dia ingin AS menang karena kemenangan tim nasional, yang dikenal sebagai Tim Melli, akan menjadi hadiah bagi otoritas Iran. “Ini bukan tim nasional saya. Bukan tim Melli, tapi tim Mullah,” ujarnya.

Sementara pada laga Iran melawan AS, diterjunkan pengamanan ekstra, beberapa di atas kuda, berpatroli di luar stadion Al Thumama sebelum pertandingan. Penjaga mengelilingi suporter Iran yang mengibarkan bendera sebelum masuk. Polisi ditempatkan di seluruh stadion bersama penjaga keamanan reguler. Beberapa membawa pentungan.

Di awal babak kedua, sekelompok suporter sempat mengacungkan huruf yang mengeja nama Mahsa Amini untuk mendapat tepuk tangan dari suporter Iran di sekitar mereka. Petugas keamanan mengambil huruf-huruf tersebut tetapi membiarkan para suporter itu tetap di kursi mereka.

Gejolak di dalam negeri sedikit benayak mempengaruhi timnas Iran. Di bawah tekanan untuk secara terbuka mendukung pengunjuk rasa timnas Iran menolak untuk menyanyikan lagu kebangsaan pada pertandingan pertama mereka melawan Inggris, di mana mereka kalah 6-2.

Tapi mereka kemudian menyanyikannya sebelum pertandingan kedua melawan Wales di mana Tim Melli asuhan Carlos Queiroz ini  menang 2-0. Saat Iran kalah dari Inggris, ada perayaan juga di Teheran.



Sumber: BeritaSatu.com

Saksikan live streaming program-program BTV di sini


Bagikan

BERITA TERKINI

1034517
1034516
1034514
1034515
1034511
1034512
1034513
1034508
1034509
1034506
Loading..
Terpopuler Text

Foto Update Icon