Korban Penembakan Aparat Ternyata Rekan Pemain Timnas Iran
Jakarta, Beritasatu.com - Pria yang dikabarkan ditembak mati pasukan keamanan setelah timnas Iran kalah dari AS dan tersingkir dari Piala Dunia 2022, ternyata rekan masa kecil gelandang Timnas Iran, Saeid Ezatolahi.
Mehran Samak (27) ditembak mati setelah membunyikan klakson mobilnya di Bandar Anzali, sebuah kota di pantai Laut Kaspia, barat laut Teheran, setelah kekalahan Iran dari Amerika pada penyisihan Grup B Piala Dunia 2022, di Stadion Al Thumama, Rabu (30/11/2022) dini hari WIB. Gol yang membawa AS memimpin dilesakkan Christian Pulisic pada menit ke-38.
The Guardian melaporkan, Saeid Ezatolahi yang juga bermain pada pertandingan melawan Amerika, mengungkapkan bahwa dirinya mengenal Samak dan mengunggah foto mereka ketika bersama di tim sepak bola remaja.
“Setelah kekalahan pahit (dari Timnas Amerika) tadi malam, berita kematianmu membakar hatiku,” kata Ezatolahi di Instagram, menggambarkan Samak sebagai rekan satu tim di masa kecil.
Dia tidak mengomentari keadaan kematian temannya tetapi mengatakan: "Suatu hari topeng akan jatuh, kebenaran akan terungkap."
Dia menambahkan: “Ini bukan yang pantas didapatkan oleh kaum muda kita. Ini bukan yang pantas diterima bangsa kita.”
Ezatolahi adalah salah satu pemain yang sangat menyesali kekalahan Timnas Iran. Terlihat, setelah peluit akhir pemain asal Bandar Anzali ini dihibur baik oleh rekan setimnya maupun para pemain AS.
Tempat di mana Ezatolahi berasal adalah lokasi penembakan terhadap Mehran Samak.
Seperti diberitakan sebelumnya, Samak menjadi sasaran langsung dan ditembak di kepala oleh pasukan keamanan menyusul kekalahan tim nasional melawan Amerika. Pernyataan itu disampaikan kelompok Hak Asasi Manusia Iran (IHR) yang berbasis di Oslo.
Laga dua negara yang memutuskan hubungan diplomatik lebih dari 40 tahun lalu itu terjadi di antara situasi dalam negeri Iran yang dilanda unjuk rasa di seluruh negeri. Gelombang protes tersebut menyusul tewasnya Mahsa Amini, seorang wanita Kurdi berusia 22 tahun dari Saqqez di Provinsi Kurdistan Iran.
Ia ditangkap oleh patroli semacam polisi moralitas negara tersebut karena mengenakan jilbab secara tidak benar. Mahsa Amini ditengarai dipukuli di dalam mobil polisi yang membawanya ke Pusat Penahanan Vozara. Ia mengalami koma kemudian meninggal di RS Teheran, 16 September 2022.
Kematiannya memicu unjuk rasa yang merembet dari kota ke kota lain di Iran. Mereka meneriakkan slogan “Women, Life, Freedom”.
Tindak kekerasan pasukan keamanan Iran, menurut IHR, telah menewaskan sedikitnya 448 orang termasuk 60 anak di bawah usia 18 tahun dan 29 wanita.
Sumber: BeritaSatu.com
Saksikan live streaming program-program BTV di sini
Bagikan
BERITA TERKAIT
BERITA TERKINI
Asteroid Seukuran Menara Big Ben Melintasi Bumi Akhir Pekan Ini
Imigrasi: Wisman Resek di Indonesia Langsung Dideportasi
Demi Uang Baru, Ratusan Warga Kediri Rela Antre di GOR Joyoboyo Kediri
6 Menu Sahur dan Buka Puasa untuk Penderita Diabetes
Kembali Akan Bela Indonesia, Ini Ekspresi Elkan Baggott
Polda Metro Jaya Sita Miras Saat Razia Kelab Malam di Jaksel
Liga 1: Pahabol dan Flavio Bawa Persik Raih Kemenangan Ke-10

Prestasi IndiHome di PRIA Award 2023
9 menit yang laluSegera Stop Human Trafficking
21 menit yang laluSerial Child Molester Receives Parole
14 jam yang laluB-FILES
Harga Cabai dan Ayam Potong di Kota Mataram Meroket


Sekilas mengenai Ganjar Mania Dibubarkan
Guntur Soekarno