Madrid, Beritasatu.com - Paula Dapena, seorang pesepakbola perempuan yang membela klub divisi tiga liga sepakbola perempuan Spanyol, Viajes InterRias FF, mengaku mendapat ancaman pembunuhan karena menolak memberi penghormatan kepada legenda sepakbola Argentina, Diego Maradona.
Maradona meninggal dunia dalam usia 60 tahun pada Rabu (25/11/2020) waktu Buenos Aires karena serangan jantung. Ia dimakamkan keesokan harinya. Kematian mantan pemain Barcelona tersebut membuat dunia sepakbola berduka karena kehilangan seorang pemain hebat sepanjang masa.
Seluruh pertandingan sepakbola di berbagai penjuru dunia memberi penghormatan kepada pria yang terkenal dengan gol tangan tuhan itu, tak terkecuali pada liga-liga sepakbola perempuan.
Sebagaimana dikutip dari ESPN, pada laga persahabatan antara Deportivo La Corun melawan Viajes InterRias FF Sabtu lalu, seluruh pemain memberi penghormatan kepada Maradona. Mereka berdiri melingkar di tengah lapangan dan hening selama satu menit. Namun ada yang aneh di sana. Paula Dapena tidak mengikuti prosesi tersebut. Ia memang berada di dalam lingkaran itu tetapi posisinya duduk dan menghadap keluar.
Ini bentuk protesnya terhadap perilaku masa lalu Maradona. Atas aksinya tersebut, Dapena mendapat ancaman di media sosial. Bukan hanya kata-kata kasar, tetapi juga ancaman pembunuhan.
"Bukan hanya saya yang dikasari di media sosial, tetapi juga teman-teman setim dengan saya. Kami juga mendapat ancaman pembunuhan. Ada yang mengirim pesan, 'saya akan cari alamat rumahmu dan datang ke sana lalu patahkan tanganmu'," kata Dapena.
Dapena bukan tanpa alasan tidak memberi penghormatan terhadap jawara dunia bersama Timnas Argentina 1986 tersebut. Ia protes atas tindakan kasar Maradona terhadap kaum perempuan. Maradona pernah dituduh melakukan kekerasan dalam rumah tangga pada 2014. Dalam sebuah video yang beredar, terlihat Maradona menendang istrinya Oliva.
Namun Maradona membatah kejadian tersebut. "Saya memang memegang telepon tetapi saya tidak pernah memukul seorang wanita. Kejadiannya begitu cepat. Saya hanya melempar telepon, tidak ada yang lain," bantah Maradona tentang kejadian tersebut.
Dapena yang berprofesi sebagai seorang guru mengaku, ia memilih untuk tidak menghormati Maradona sebagai bentuk protes atas tindakan bodohnya di masa lalu. "Memberi penghormatan selama satu menit kepada Maradona adalah sebuah hipokrit karena sesungguhnya dia adalah seorang yang berperilaku kasar," imbuhnya.
Sumber: BeritaSatu.com