Cawe-cawe Jokowi

Jakarta, Beritasatu.com – Kata cawe-cawe mendadak menjadi perbincangan populer belakangan ini. Cawe-cawe populer setelah disampaikan Presiden Joko Widodo di depan sejumlah pemimpin redaksi media nasional dan influencer politik. Untuk menegaskan pernyataannya, Jokowi sampai mengulangnya hingga 7 kali kata cawe-cawe tersebut.
Cawe-cawe berasal dari bahasa Jawa. Kemudian diserap ke dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) yang memiliki makna; “ikut serta dalam menangani sesuatu”.
Google Trends mencatat, pencarian kata cawe-cawe di Google Search meningkat sejak diucapkan Presiden Jokowi tanggal 29 Mei lalu. Puncaknya, pencarian kata cawe-cawe tertinggi terjadi pada Selasa 30 Mei pukul 17.00 WIB.
Di Istana Negara, Jakarta, saat itu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyatakan,”Demi bangsa dan negara, saya akan cawe-cawe, tentu saja dalam arti yang positif.” Pernyataan tersebut mengandung makna yang dalam. Namun, sebagian kalangan justru menyalahartikan pernyataan Jokowi. Mereka menganggap kepala negara akan ikut campur dalam proses Pemilihan Umum (Pemilu) 2024.

"Saya tidak akan melanggar aturan, tidak akan melanggar undang-undang, dan tidak akan mengotori demokrasi," lanjut Jokowi.
Jokowi menjalani karier politik mulai dari bawah, yakni menjabat wali kota Surakarta, lalu gubernur DKI Jakarta, hingga dua periode menjabat presiden, Jokowi tahu betul batasan-batasan yang tak boleh dilampauinya sebagai seorang pemimpin negara.
Direktur Pemberitaan B-Universe Apreyvita Wulansari yang turut menghadiri pertemuan dengan Jokowi mengungkapkan pernyataan tersebut semata ingin menegaskan bahwa cawe-cawe itu dilakukan demi kepentingan bangsa dan negara. Bahkan, kata cawe-cawe diucapkan Jokowi sebanyak tujuh kali.
“Beliau sangat concern terhadap kepentingan bangsa. Beliau ingin konsistensi pembangunan dan Indonesia tidak terpuruk kembali. Saat ini Indonesia sangat dipercaya di mata dunia," ujar Apreyvita Wulansari.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), cawe-cawe berarti ikut membantu mengerjakan (membereskan, merampungkan); ikut menangani. Sebagai kepala negara yang memimpin 277,3 juta penduduk, Jokowi ingin menjadikan pembangunan pada masa kepemimpiannya sebagai suatu warisan (legacy) kepada penerusnya. Pembangunan yang dilakukan bisa dirasakan masyarakat selama masa pemerintahannya, juga setelah masa pemerintahannya.
BERITA TERKAIT
BERITA TERKINI
Produsen Mobil Listrik VinFast Bangun Pabrik Rp 3,1 Triliun di Indonesia
Kasus Gratifikasi dan TPPU, Rafael Alun Turun Gunung Cari Klien untuk Perusahaannya
B-FILES


ASEAN di Tengah Pemburuan Semikonduktor Global
Lili Yan Ing
Perlukah Presiden/Kepala Negara Dihormati?
Guntur Soekarno
Urgensi Mitigasi Risiko Penyelenggara Pemilu 2024
Zaenal Abidin