Jakarta, Beritasatu.com - Rasanya, hampir setiap orang di berbagai belahan bumi nusantara mengenal aplikasi Grab dan Gojek. Terlebih, kedua aplikasi raksasa di sektor transportasi daring ini, menjadi tempat bertumpunya ratusan ribu mitra dalam mendapatkan penghasilan.
Tingginya perkembangan aplikasi transportasi beberapa tahun belakangan, juga diiringi dengan mereka yang 'latah' untuk mencoba peruntungan yang sama. Sayangnya, ekosistem teknologi yang tak terlalu mumpuni, membuat mereka akhirnya tenggelam.
Saat aplikasi transportasi mulai booming, beberapa orang melihat kesempatan dan mulai mengembangkan aplikasi sejenis dengan layanan yang berbeda. Sebut saja misalnya, GoLife yang merupakan aplikasi dengan layanan jasa lifestyle, yang merupakan anak perusahaan Gojek. Nama lain juga bermunculan, seperti halojasa misalnya, yang memiliki layanan jasa cuci mobil dan motor, serta tiga layanan lainnya.
Sayangnya, aplikasi jasa on-demand di sektor lifestyle ini boleh dibilang gagal mengalami booming seperti yang diraih aplikasi transportasi daring. Pertanyaannya, kenapa demikian? Lantas, apa faktor yang mempengaruhi hal-hal itu bisa terjadi?
Aplikasi layanan jasa sejatinya hadir di saat yang tepat, ketika teknologi sudah berkembang demikian pesat. Memiliki ekosistem teknologi yang mumpuni, para aplikator ini sudah selangkah lebih maju dibanding mereka yang masih berbasis web atau phonecall.
Lantas, kapan momen yang tepat bagi aplikasi on-demand lifestyle ini memiliki massa yang sama besar dengan aplikasi transportasi? Jawabannya adalah pandemi Covid-19.
Merebaknya pandemi Covid-19 yang mengubah pola perilaku di berbagai sendi kehidupan, menjadi momentum tepat bagi perkembangan aplikasi on-demand lifestyle. Terlebih, sektor ini baru disentuh oleh pemain yang bisa dihitung dengan jari.
CEO halojasa, Hengky Budiman mengakui, pandemi Covid-19 mendorong peningkatan signifikan pada banyak aspek di perusahaannya.
"Kami mengalami peningkatan GTV hingga 180 persen secara month-on-month. Padahal, penutupan aplikasi mereka di bulan Juli kemarin, yang notabene adalah masa paceklik, khususnya di sektor jasa pada masa pandemi,” ujar Hengky kepada Beritasatu.com, Rabu (23/12/2020).
Selain itu, kata Hengky, halojasa juga mengalami peningkatan pendaftaran mitra ex-GoLife. Kondisi ini, menandakan adanya kesadaran para mitra bahwa aplikasi jasa adalah salah satu batu loncatan mereka dalam bekerja. Sementara dari sisi konsumen, juga mengalami perubahan perilaku.
"Ekspektasi konsumen di masa pandemi ini sudah berubah. Mereka tak hanya menuntut order yang mudah dan layanan berkualitas, namun juga kondisi kesehatan vendor penyedia jasa bisa mereka ketahui dalam keadaan sehat dan aman,” tegasnya.
Hengky Budiman menambahkan, pertumbuhan order mereka pada kategori halo massage juga mengalami peningkatan yang pesat dalam kurun waktu beberapa bulan terakhir.
"Ini menandakan layanan kami makin relevan bagi konsumen. Mereka yang tadinya memanfaatkan layanan kita sebagai kebutuhan tambahan atau tersier, kini menjadikannya sebagai salah satu kebutuhan esensial, terlebih di masa seperti sekarang ini," tandasnya.
Menurut Hengky, saat ini merupakan momentum yang tepat bagi aplikasi on-demand lifestyle bertumbuh dengan signifikan dan menjangkau konsumen yang lebih luas.
"Melihat lesunya pertumbuhan pada aplikasi transportasi dan tingginya permintaan layanan berbasis at home seperti kurir logistik dan in home seperti reflexology massage atau jasa kebersihan, agaknya saat ini adalah waktu yang tepat untuk bertumbuh," pungkasnya.
Sumber: BeritaSatu.com