Minggu, 2 April 2023

Bisnis Digital Advertising di Indonesia Menjanjikan

Feriawan Hidayat / FER
Minggu, 7 Februari 2021 | 18:00 WIB

Jakarta, Beritasatu.com - Era digital saat ini kian mengubah wajah kehidupan manusia. Salah satu konsep pemasaran yang muncul dari adaptasi di era ini adalah digital advertising.

Karakter saluran internet yang cepat dan terarah membuat komunikasi antara penjual dan pembeli justru semakin efektif dan efisien, seperti melalui browser web, halaman media sosial, blog, aplikasi dan platform lainnya di dunia maya.

Praktisi Periklanan JC Pro, Glen P mengatakan, konsep digital advertising adalah sebuah revolusi dalam dunia periklanan. Media internet dengan konsep digital menawarkan kecepatan dan efektifitas kepada penggunanya.

“Bayangkan, kurang lebih 4,5 miliar penduduk dunia yang menjadi pengguna aktif internet, kini berpotensi menjadi pasar menjanjikan bagi banyak bisnis,” kata Glen dalam keterangan persnya, Minggu (6/2/2021).

Menurut data dari eMarketer, hingga tahun 2018, keadaan industri periklanan digital di Asia Pasifik menempatkan Indonesia sebagai negara dengan total belanja media tertinggi, bahkan melampaui Tiongkok dan Singapura. Keadaan ini diproyeksikan akan terus berkembang dan terbukti pada 2019, pengeluaran Indonesia untuk digital advertising berbasis smartphone mencapai Rp 37 triliun.

Proyeksi ini jelas menarik bagi para pengembang aplikasi digital di Indonesia. Sampai saat ini, mereka menganggap platform digital sebagai opsi terbaik untuk beriklan. "Hal ini kemudian menjadi sebuah peluang besar bagi bisnis digital berbasis konten untuk semakin meningkatkan performanya di masa depan,” kata Glen.

Menurut Glen, salah satu keunggulan konsep digital advertising dibandingkan iklan konvensional terletak media yang menyediakan data pemasaran yang detil, sehingga kegiatan pemasaran dapat diimprovisasi setiap saat dengan ketepatan yang presisi dan berdampak besar bagi peningkatan penjualan. "Hal ini sangat penting bagi sebuah bisnis, mengingat semakin dinamisnya konsumen seiring perkembangan teknologi yang mereka gunakan," imbuhnya.

Walau industri ini terus berkembang, namun setidaknya terdapat 4 jenis tipe digital advertising yang umum digunakan, yaitu Search Engine Marketing yang menjadikan mesin pencari sebagai media untuk beriklan, contohnya adalah apa yang dilakukan oleh Google dengan adsense-nya.

Lalu, remarketing/retargeting advertising, dimana produk atau jasa layanan yang dijual ditawarkan kembali kepada konsumen yang telah menunjukkan minat atau pernah membeli produk tersebut, jenis ini sering ditemukan pada platform e-commerce, seperti Tokopedia atau Shopee.

Tipe ketiga adalah native advertising yang biasanya muncul di bawah bagian recommended reading, related stories, atau promoted stories dan sesuai dengan konten yang sedang dibaca atau tonton, hal ini seringkali kita temukan di media-media pemberitaan online.

Selanjutnya adalah social media marketing yang menggunakan berbagai platform media sosial (Medsos) untuk beriklan. Setiap media sosial, seperti Facebook, Instagram, TikTok, Youtube maupun VTube menerapkan berbagai jenis iklan yang ditampilkan sesuai efektivitas dan efisiensinya masing-masing, seperti display ads, text ads dan video ads.

Dalam digital advertising, jelas Glen, impresi memegang peran penting sebagai parameter intensitas sebuah iklan digital ditayangkan. "Besaran impresi akan berpengaruh pada harga yang harus dibayarkan oleh para pengiklan dalam skema yang ditawarkan," jelasnya.

Adapun beberapa skema dalam digital advertising, antara lain CPC (Cost Per Click), yaitu biaya yang dikeluarkan setiap kali seseorang mengklik iklan, CPM (Cost Per Mille) yaitu biaya untuk menayangkan iklan per 1.000 tayangan iklan, CPL (Cost Per Leads) yaitu biaya untuk setiap klik yang berubah menjadi lead (target konsumen potensial), dan CPA (Cost Per Acquisition), yaitu biaya yang ditentukan dengan membagi jumlah pelanggan baru akibat iklan yang ditayangkan.

Menurut Glen, besarnya biaya yang dikeluarkan para pengiklan pun beragam, namun sebagai contoh untuk kisaran biaya CPM di Indonesia adalah mulai dari US$3 dan US$20 untuk internasional, di luar itu juga bergantung terhadap engagement dari platform yang di tawarkan. "Biaya ini nantinya akan dibayarkan kepada platform yang tersedia dan menjadi keuntungan perusahaan," tegasnya.

Namun, tambah Glen, saat ini banyak juga platform penyedia aplikasi yang membagi keuntungan kepada mitranya supaya mendapatkan engagement lebih dari pada user aplikasi tersebut.

"Sebagai contoh, uang yang dibayarkan Youtube kepada para content creator (Youtuber), aplikasi karaoke, aplikasi live video streaming, video sharing social networking service dan juga aplikasi yang saat ini sangat ramai diperbincangkan, yaitu VTube, dengan membagikan sebagian keuntungan iklan yang masuk kepada user," pungkasnya.



Sumber: BeritaSatu.com

Saksikan live streaming program-program BTV di sini


Bagikan

BERITA TERKAIT

BERITA TERKINI

1036002
1036001
1036000
1035999
1035998
1035996
1035997
1035994
1035995
1035993
Loading..
Terpopuler Text

Foto Update Icon