Aktivis Wikileaks Bantu Snowden Dapatkan Suaka di Islandia

Washington - Aktivis Wikileaks di Islandia sedang berdiskusi dengan pejabat pemerintahan mengenai kemungkinan suaka diberikan bagi Edward J. Snowden, mantan pegawai kontrak Badan Keamanan Nasional (NSA) Amerika Serikat (AS) yang membocorkan ratusan dokumen rahasia.
"Kami berhubungan dengan tim legal Snowden dan dalam proses mendapatkan suaka baginya di Islandia," kata pendiri Wikileaks, Julian Assange.
Menurutnya, rintangan hukum dan hal praktis lainnya saat ini sedang dievaluasi oleh tim hukum dan pendukung Snowden.
Juru bicara kedutaan Islandia di Washington mengonfirmasi bahwa pemerintahnya sedang didekati para advokat Snowden. Tapi pihaknya tidak mau berkomentar lebih lanjut.
Snowden (29), yang telah memicu debat publik karena membocorkan aksi penyadapan pemerintah AS, saat ini sedang berada di Hong Kong untuk menghindari incaran pemerintah AS.
Pejabat AS mengonfirmasi bahwa Snowden sedang dalam investigasi walaupun belum didakwa secara umum.
Dalam kasus tertentu, dakwaan memang terkadang dirahasiakan dari terdakwa untuk menghindari hal yang menyulitkan proses hukum.
Assange mengatakan dirinya sangat bersimpati dengan Snowden. Namun, dia tidak menjelaskan apakah dirinya telah berbicara secara langsung dengan Snowden atau apakah mereka telah berhubungan sebelum Snowden membocorkan informasinya pada The Guardian dan The Washington Post yang menjelaskan secara detail program rahasia NSA yang menyadap telepon dan internet tanpa izin.
"Sebagai bagian dari kebijakan, kami tidak membahas hal yang berkaitan dengan sumber," kata Assange.
Dia juga meminta Presiden AS Barack Obama melakukan hal yang benar dan secepatnya menutup investigasi terhadap Wikileaks.
Dengan kemarahan pemerintah AS atas bocornya penyadapan rahasia mereka, Assange mengkhawatirkan bisa saja reporter yang membuat berita NSA, Gleen Greenwald, atau pembuat film Laura Poitras, mencari suaka dalam satu tahun ke depan.
"Penyingkapan soal Edward Snowden menggiring kami untuk bertanya. Apakah AS adalah tipe negara di mana wartawan harus mencari suaka atas pekerjaannya?" tanya Assange.
Assange bergabung dengan para peniup peluit lainnya seperti Daniel Ellsberg, yang merilis Pentagon Papers pada New York Times pada 1971, dan Thomas Drake, mantan pejabat NSA yang menghadapi dakwaan pidana karena membocorkan pada Baltimore Sun soal dugaan program NSA yang salah.
Ellsberg mengritik pemerintahan Obama yang bukannya menyetop, tapi malah meneruskan upaya mata-mata NSA yang awalnya dimulai oleh mantan Presiden George Bush.
Ellsberg, Drake dan Assange mengatakan penuntutan terhadap tentara AS Bradley Manning yang membocorkan dokumen rahasia ke Wikileaks dan serangan terhadap pers telah meredam pemberitaan soal keamanan neagra.
Namun, Ellsberg yakin bocoran informasi yang dilakukan Snowden dapat menginspirasi pembocor informasi lainnya untuk mengambil kesempatan.
"Ini adalah kesempatan terakhir untuk menjaga pers dan demokrasi kita agar tidak menjadi seperti di China atau Uni Soviet," kata Ellsberg.
Sumber: Washington Post
BERITA TERKINI
Kasus Tewasnya Brigadir Setyo, Polri: Hasil Analisis CCTV Tak Ada Orang Lain yang Masuk
4
B-FILES


ASEAN di Tengah Pemburuan Semikonduktor Global
Lili Yan Ing
Perlukah Presiden/Kepala Negara Dihormati?
Guntur Soekarno
Urgensi Mitigasi Risiko Penyelenggara Pemilu 2024
Zaenal Abidin