London - Kondisi perekonomian Inggris diperkirakan akan menjadi lebih buruk setelah resmi meninggalkan Uni Eropa (UE). Perekonomian Inggris tidak lagi seperti dulu, meskipun ada kesepakatan perdagangan lanjut dengan UE.
Hal itu terungkap dari laporan yang bocor mengenai prediksi mendatang terhadap perekonomian Inggris yang akan disampaikan pada pemerintah. Pada Senin (29/1), situs berita BuzzFeed yang mengutip laporan itu melaporkan jika Inggris mencapai kesepakatan perdagangan bebas dengan UE, pertumbuhan akan menjadi 5% lebih rendah dari perkiraan saat ini selama 15 tahun.
Dokumen tersebut dimaksudkan untuk diperlihatkan secara rahasia kepada menteri kabinet minggu ini. Namun analisis ekonomi itu dibocorkan dalam perkembangan yang memalukan bagi Perdana Menteri Theresa May dan Sekretaris Brexit David Davis.
Dokumen yang tertanda Januari 2018 itu, menyebutkan jika tidak ada kesepakatan dan Inggris menggunakan persyaratan Organisasi Perdagangan Dunia, pertumbuhan akan turun hingga 8%. Jika Inggris tetap berada di pasar tunggal UE namun sebagai anggota non-blok, penurunannya hanya menjadi 2%.
Pemerintah mempertahankan argumen bahwa Inggris akan dapat melakukan kesepakatan perdagangan baru di seluruh dunia. Kebijakan Brexit diklaim akan dapat mengganti setiap dampak penurunan ekonomi dengan UE.
Tidak Cukup
Analisis yang bocor itu menyatakan pula kesepakatan perdagangan baru dengan Amerika Serikat (AS), Tiongkok, Tiongkok, India dan negara-negara lain akan mendorong pertumbuhan. Namun kesepakatan tersebut tidak cukup untuk mengimbangi pendapatan yang hilang dari UE, yang saat ini merupakan mitra dagang terbesar Inggris.
Pada Senin (29/1), pemerintah Inggris tidak menentang keaslian dokumen tersebut, Namun pemerintah tidak akan berkomentar mengenai analisis internal Brexit.
Laporan tersebut merupakan yang terbaru dalam serangkaian prediksi para ekonom bahwa meninggalkan UE akan membahayakan ekonomi Inggris. Sebaliknya, pendukung Brexit menunjukkan bahwa banyak prakiraan semacam itu sejauh ini belum pernah terjadi.
Dokumen tersebut kemungkinan akan terus mengobarkan permusuhan di pemerintahan Konservatif Inggris, antara mereka yang mendukung putus total dengan UE dan mereka yang ingin menjaga ekonomi Inggris tetap sejajar dengan Uni Eropa mungkin setelah Brexit pada Maret 2019.
Laporan tersebut mendorong Chris Leslie, anggota parlemen Partai Buruh dan pendukung kelompok Open Britain yang berkampanye menentang keras Brexit, untuk meminta pembebasan dokumen publik tersebut.
"Tidak mengherankan jika pemerintah berulang kali menolak untuk mempublikasikan analisis Brexit yang serius. Penilaian dampak mereka sendiri menggarisbawahi apa yang telah lama terlihat jelas, bahwa rencana sembrono mereka untuk keluar dari pasar tunggal dan serikat bea cukai akan membuat kita semua, jauh lebih buruk,” kecamnya.
Sumber: Suara Pembaruan