Brazzaville, Beritasatu.com- Setidaknya 43 penambang rakyat tewas ketika sebagian dari tambang tembaga dan kobalt runtuh di Republik Demokratik Kongo (DRC). Menurut gubernur Provinsi Lualaba, Richard Muyej, kecelakaan itu terjadi pada Kamis (27/6).
Dilaporkan, tambang besar itu milik perusahaan raksasa pertambangan Glencore yang berbasis di Swiss. Dua gua runtuh di tambang terbuka KOV di daerah Kolwezi yang dioperasikan oleh Kamoto Copper Company (KCC), anak perusahaan dari Glencore.
“Kecelakaan itu disebabkan oleh penggali liar yang menyusup ke dalam tambang. Jalur tua kembali dibuka sehingga sejumlah material jatuh. KOV adalah situs yang rumit dan mengandung banyak risiko,” kata Richard Muyej kepada Reuters.
Glencore menyatakan pihaknya telah mengkonfirmasi 19 orang tewas dengan kemungkinan jumlah korban tewas lebih lanjut yang belum dikonfirmasi. Perusahaan membantu operasi pencarian dan penyelamatan oleh pihak berwenang setempat.
Pernyataan itu juga menyebut KCC telah mengamati "kehadiran" penambang liar yang terus bertambah. Rata-rata 2.000 orang setiap hari menyelinap masuk ke lokasi wilayah operasi KCC.
Praktik penyusupan oleh para petambang liar dapat membahayakan keselamatan tambang, dan kecelakaan kerja di antara mereka adalah hal biasa. Penambangan artisanal oleh pekerja liar menggunakan bahan mereka sendiri di tepi lokasi tambang komersial memang merupakan masalah besar di Afrika.
"KCC mendesak semua penambang ilegal untuk berhenti mempertaruhkan nyawa mereka dengan masuk tanpa izin di situs industri utama," kata Glencore.
Sumber: Suara Pembaruan