London, Beritasatu.com- Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan Presiden Prancis Emmanuel Macron saling berseteru terkait masa depan Pakta Pertahanan Atlantik Utara atau North Atlantic Treaty Organization (NATO) saat pelaksanaan pertemuan itu, Selasa (3/12).
Macron juga menyerang Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, serta mendesak aliansi itu memikirkan ulang strategi mereka.
Pertempuran tiga arah itu membayangi KTT 70 tahun NATO di London, Inggris, sehingga terancam menggagalkan upaya untuk menunjukkan persatuan kepada Rusia dan Tiongkok. Dalam beberapa pekan terakhir, Macron berusaha menggoyang agenda pertemuan dengan menuntut evaluasi dari strategi “mati otak” NATO, tapi Trump melawan keras.
“Saya pikir itu sangat menghina. Tidak ada yang lebih membutuhkan NATO dibandingkan Prancis,” kata Trump merujuk pernyataan Macron bulan November bahwa NATO mengalami “kematian otak” dan harus lebih fokus kepada teroris Islam dan membuka kembali dialog strategis dengan Rusia.
Trump menyebut pernyataan Macron “amat sangat jahat”. “Ini pernyataan yang sangat berbahaya bagi mereka,” katanya.
Trump kemudian melunakkan pernyataannya saat penampilan bersama dengan Macron. Namun, pemimpin Prancis itu bersikukuh dengan pernyataannya, serta menuding Turki bekerja sama dengan para ekstrimis di Suriah.
“Musuh bersama saat ini adalah kelompok-kelompok teroris, seperti kita sebutkan, dan saya minta maaf karena kita tidak mempunyai definisi yang sama tentang terorisme dalam perundingan ini,” katanya.
Macron menyebutkan Turki telah menyerang milisi Kurdi yang mendukung para sekutu melawan Negara Islam di Irak dan Suriah (ISIS) serta menuding Ankara bekerja sama dengan para proksi ISIS.
Empat Arah
Macron dan Erdogan selanjutnya saling bertemu dalam pembicaraan empat arah dengan Kanselir Jerman Angela Merkel dan Perdana Menteri (PM) Inggris Boris Johnson, dan seluruh 29 pemimpin NATO mengikuti jamuan makan malam dengan Ratu Elizabeth II di Istana Buckingham.
Merkel mengaku cukup optimistis setelah pertemuan itu, namun Macron memperingatkan tidak semua klarifikasi didapatkan dan tidak semua ambiguitas terselesaikan.
“Ada perbedaan pendapat, pilihan-pilihan yang tidak sama, tapi ada kebutuhan untuk bergerak maju. Saya seorang pragmatis,” kata Macron.
Sementara itu, Erdogan mengancam akan menahan upaya NATO untuk meningkatkan perlindungan republik-republik Baltik terhadap Rusia, kecuali sekutu lainnya menyatakan milisi Kurdi yang berperang dengan pasukan AS dan Prancis melawan kelompok ISIS di wilayah teroris Suriah.
NATO telah membahas rencana untuk meningkatkan pertahanan Polandia, Estonia, Lithuania, dan Latvia terhadap potensi serangan dari Rusia, meskipun rinciannya masih belum jelas.
Sumber: Suara Pembaruan