New York, Beritasatu.com- Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) Antonio Guterres memperingatkan Dewan Keamanan (DK) PBB bahwa jika krisis iklim diselesaikan dengan pendekatan “perpecahan dan kekacauan yang sama” seperti dalam penanganan Covid-19 maka situasinya bisa berakhir buruk.
“Saya takut yang terburuk,” kata Guterres kepada 15 anggota DK PBB, Kamis (24/9).
Guterres mengatakan virus corona sudah berada di luar kendali saat jumlah kematian global telah mendekati 1 juta orang dan lebih dari 30 juta orang di dunia terinfeksi. Dia menyalahkan kurangnya kesiapan global, kerja sama, persatuan, dan solidaritas.
“Pandemi adalah ujian nyata kerja sama internasional, tes yang pada dasarnya gagal,” ujarnya.
Tiga negara anggota DK PBB, yaitu Amerika Serikat (AS), Rusia, dan Tiongkok, saling bertengkar terkait pandemi Covid-19 selama pertemuan DK PBB, Kamis. Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov dan Menlu Tiongkok Wang Yi, keduanya menyindir AS selama pertemuan virtual terkait tata kelola global pasca-Covid-19. Duta Besar AS Kelly Craft menanggapi, “Tidak tahu malu masing-masing kalian.”
“Saya heran dan saya muak dengan hasil diskusi hari ini. Anggota dewan yang berusaha mengambil kesempatan ini untuk fokus kepada dendam politik dibandingkan isu penting yang ada,” ujar Craft.
Craft juga menegaskan tuduhan Presiden AS Donald Trump, serta menyerukan kembali permintaan Trump agar PBB membuat Tiongkok bertanggung jawab atas pandemi saat ini.
Duta Besar Tiongkok di PBB, Zhang Jun, menolak tudingan itu. “Cukup adalah cukup. Anda telah menciptakan cukup masalah di dunia. AS harus memahami bahwa menyalahkan orang lain tidak akan menyelesaikan persoalannya sendiri,” kata Zhang.
Menlu Rusia, Lavrov, menyatakan pandemi telah memperdalam perbedaan diantara negara-negara, sekalipun tidak menyebut negara mana pun.
“Kita melihat upaya dari masing-masing negara untuk menggunakan situasi saat ini untuk mengajukan kepentingan sempit dalam rangka membalas dendam dengan pemerintah yang tidak diinginkan atau saingan geopolitik,” kata Lavrov.
Sumber: Suara Pembaruan