Washington, Beritasatu.com - Kementerian Perdagangan Amerika Serikat (AS) mengatakan Produk Domestik Bruto (PDB) AS tumbuh 33,1% di triwulan ketiga (Juli-September) 2020 (annualized), pertumbuhan tertinggi dalam sejarah AS. Angka ini juga lebih baik dari estimasi ekonom Dow Jones di angka 32%. Pada triwulan sebelumnya, pertumbuhan ekonomi AS terkontraksi 31,4%.
Rekor pertumbuhan tertinggi sebelumnya terjadi pasca-Perang Dunia II, tepatnya pada triwulan pertama 1950 sebesar 16,7%. Perekonomian AS secara teknis berada dalam resesi sejak Februari, di mana pertumbuhan triwulan pertama 2020 minus 5%.
Eric Winograd, ekonom senior di AllianceBrenstein menyambut baik rebound perekonomian AS ini, tetapi dia juga mengingatkan akan tantangan ke depan. "Masih banyak hal yang harus dilakukan dan laju pertumbuhan ini bakal melambat. Program stimulus yang mendorong pertumbuhan kuartal lalu sudah berakhir dan dukungan fiskal berkurang," kata Winograd kepada CNBC.com.
Laju pertumbuhan didorong oleh meningkatnya konsumsi dan investasi di sektor bisnis dan perumahan, serta ekspor. Berkurangnya belanja pemerintah menyusul berakhirnya stimulus atau UU CARES membuat PDB berkurang.
Perekonomian AS menguat di tengah-tengah pembatasan aktivitas akibat pandemi Covid-19. Sejauh ini, sekitar 9 juta orang terjangkit Covid-19 dengan korban jiwa mencapai 228.000 orang.
Ke depan, jalan pemulihan perekonomian terbesar dunia dengan nilai US$ 21,2 triliun ini bakal semakin berat seiring dengan meningkatnya kasus Covid-19. Sekitar 22 juta lapangan kerja yang hilang Maret-April lalu masih belum terisi kembali. Angka pengangguran tetap di 7,9%, dua kali lipat dari level prapandemi, di mana jumlah pengangguran masih di kisaran 12,9 juta orang.
Angka PDB ini dijadikan bahan kampanye oleh Presiden Donald Trump menjelang Pemilu AS 3 November nanti. Melalui akun Twitternya, Trump menyebut pertumbuhan tahun depan bakal fantastis, kecuali jika Joe Biden menang, maka rencana pajaknya akan menghentikan laju pertumbuhan.
Sebaliknya, Joe Biden balik menyerang dengan mengatakan angka kemiskinan dan pengangguran terus bertambah. "Donald Trump bakal menjadi Presiden AS pertama yang keluar dari masa jabatannya dengan jumlah tenaga kerja yang lebih sedikit dibandingkan waktu dia memasuki masa jabatannya".
GDP rose last quarter, but visits to food banks haven’t slowed, and poverty has grown. We’re on track for the worst economic downturn in over 70 years, and Donald Trump is on track to be the first president since Herbert Hoover to leave office with less jobs than when he came in.
— Joe Biden (@JoeBiden) October 29, 2020
Sektor konsumsi, yang berkontribusi 68% terhadap PDB, menjadi motor penggerak. Konsumsi pribadi naik 40,7% sementara penanaman modal dalam negeri naik 83% ditopang investasi perumahan yang naik 59,3%.
Secara persentase mentah, PDB AS terkontraksi 9% di Q2 2020 dibandingkan tahun sebelumnya, dan minus 2,9% di Q3 2020.
Sumber: CNBC.com