Dubai, Uni Emirat Arab, Beritasatu.com - Setengah populasi Uni Emirat Arab (UEA) akan rampung divaksinasi Covid-19 sebelum batas waktu yang ditetapkan yakni akhir Maret 2021. Demikian dikatakan otoritas kesehatan negara itu.
Negara di padang pasir berpenduduk 10 juta itu mulai melakukan vaksinasi untuk publik menjelang akhir tahun 2020 menggunakan vaksin Sinopharm asal Tiongkok. Kelompok prioritas adalah petugas kesehatan dan pejabat pemerintah yakni pada September 2020. Program nasional tingkat vaksinasi UEA sekarang menjadi yang tertinggi kedua di dunia setelah Israel.
Lebih 1,8 juta orang telah disuntik vaksin Sinopharm, yang tersedia secara gratis untuk semua warganya. Jumlah itu lebih empat kali lipat tingkat vaksinasi per kapita di Amerika Serikat (AS). Adapun vaksin Pfizer-BioNTech asal AS dan Jerman sedang diluncurkan di Dubai. Saat ini disediakan untuk orang-orang di atas 60 tahun, kelompok rentan kesehatan dan pekerja di garis depan.
Kedua vaksin memerlukan dua suntikan dengan jeda waktu berjarak 28 hari. Adapun 28 hari setelah menerima suntikan kedua, pasien tidak lagi diharuskan karantina, tetapi masih harus memakai masker dan mempraktikkan jarak sosial, kata Otoritas Manajemen Bencana dan Krisis Darurat Nasional UEA (National Emergency Crisis and Disaster Management Authority/NCEMA).
Meski opsional, NCEMA mengatakan, vaksinasi sangat dianjurkan. Pegawai pemerintah di Abu Dhabi yang memilih untuk tidak menggunakan salah satu vaksin akan diminta untuk melakukan tes PCR setiap dua minggu.
"Kami senang dengan kemajuan yang telah kami buat," kata Asisten Menteri Kebudayaan dan Diplomasi Publik UEA, Omar Ghobash, kepada Hadley Gamble dari CNBC pada Minggu (17/1/2021).
“Jelas ada orang yang masih sakit, dan sayangnya meninggal, tapi secara keseluruhan kami telah berhasil menemukan keseimbangan antara kesehatan dan keselamatan di satu sisi dan kelangsungan ekonomi di sisi lain.”
Sinopharm memiliki keefektivan 86%, sementara vaksin efektivtas Pfizer-BioNTech 95%. Pada November 2021, para pemimpin UEA termasuk penguasa Dubai Sheikh Mohammed bin Rashid al Maktoum men-tweet gambar mereka mendapatkan suntikan Sinopharm.
Vaksinasi Berlanjut di Tengah Lonjakan Kasus
Sementara kasus Covid-19 melonjak di UEA dalam waktu kurang tiga minggu sejak akhir Desember karena turis berbondong-bondong ke pantai, restoran, dan pusat perbelanjaan Dubai yang sepenuhnya terbuka. Meskipun pengunjung diwajibkan hasil tes PCR negatif pada saat kedatangan, banyak yang menduga varian baru virus yang lebih menular yang pertama kali diidentifikasi di Inggris sudah berkembang. Apalagi volume wisatawan Inggris di UEA pada musim liburan cukup tinggi.
Saat ini lonjakan kasus rata-rata lebih 3.000 per hari dibandingkan 1.000 per hari pada akhir Desember. UEA berhasil mempertahankan jumlah kasusnya di bawah 2.000 per hari selama tahun 2020.
UEA mencatat 256.732 kasus Covid-19 dan 751 kematian, menurut data yang dikumpulkan Universitas Johns Hopkins. Pada Minggu (17/1/2021) mencatat rekor jumlah kasus harian tertinggi 3.453.
Namun kota partai dan ibu kota komersial regional Dubai akan terus melanjutkan kampanye vaksinnya sambil tetap membuka ekonomi yang bergantung pada pariwisata.
Ibu kota yang kaya minyak, Abu Dhabi, jauh lebih konservatif, karena membutuhkan serangkaian hasil tes PCR negatif selama rentang beberapa hari bagi siapa pun yang ingin memasuki emirat, bahkan dari emirat lain di negara itu.
Sedangkan untuk Dubai, tetap diwajibkan menggunakan masker di semua tempat umum, dan pihak berwenang mengingatkan penduduk untuk menjaga jarak secara sosial.
Menjelang Tahun Baru 2021, pemerintah Dubai mengizinkan penduduknya mengadakan pertemuan di dalam rumah yang dihuni hingga 30 orang. Hotel-hotel yang dulunya hampir seluruhnya kosong mengalami peningkatan tingkat hunian 70%. "Mereka menyeimbangkan tanggung jawab pribadi dengan ekonomi yang perlu maju," kata Ghobash tentang negara itu.
Sumber: CNBC