Manila, Beritasatu.com- Pada Senin (18/1), Presiden Filipina Rodrigo Duterte mengatakan tidak akan menghentikan warga Filipina untuk mendapatkan suntikan vaksin Covid-19 yang dibuat oleh Pfizer dan BioNTech. Meskipun demikian, dia juga mendukung vaksin buatan Sinovac Tiongkok.
Persetujuan kepada Pfizer itu diberikan meskipun ada laporan di Norwegia tentang kematian di antara orang tua yang lemah setelah diinokulasi.
“Hampir semua orang yang saya kenal berebut untuk membeli (vaksin) Pfizer ini. Bagi saya, saya pikir itu bagus. Jika Anda ingin mengikuti pengalaman Norwegia, silakan. Tidak ada yang akan menghentikanmu,” katanya dalam pidato televisi larut malam.
Pada Senin, Norwegia menyatakan tidak mengubah kebijakannya tentang penggunaan vaksin Pfizer dan BioNTech, menyusul laporan kematian di antara penerima yang sangat lemah setelah inokulasi diberikan.
Dalam pidato, Duterte juga menegaskan pembelaannya atas kesepakatan pasokan pemerintah yang melibatkan CoronaVac, vaksin yang dikembangkan oleh Sinovac Biotech Tiongkok.
Badan Pengawas Obat dan Makanan Filipina (FDA) telah mengesahkan penggunaan darurat vaksin Pfizer, yang pertama kali disetujui di negara Asia Tenggara, yang memiliki jumlah kasus virus korona tertinggi di Asia.
Pemerintah menargetkan untuk memulai imunisasi bulan depan, berharap dapat menyuntik 70 juta orang, atau dua pertiga dari populasinya, tahun 2021.
Duterte mengatakan vaksin Sinovac sekarang digunakan di Thailand, Malaysia, Indonesia, Turki, Mesir, Uni Emirat Arab, dan Brasil, dan sejauh ini belum ada laporan kematian.
“Filipina juga telah memperkuat kesepakatan pasokan dengan Novavax, Moderna, AstraZeneca, Johnson & Johnson, dan Institut Gamaleya Rusia,” tambah Carlito Galvez, mantan panglima militer yang menangani pengadaan vaksin pemerintah.
Duterte meyakinkan publik tentang kesepakatan pasokan vaksin bebas korupsi, setelah Senat meluncurkan penyelidikan atas transaksi pemerintah di tengah pertanyaan tentang transparansi dan kemanjuran harga.
Sumber: Suara Pembaruan