Bangui, Beritasatu.com- Republik Afrika Tengah (CAR) mengumumkan keadaan negara darurat pada Kamis (21/1) untuk membantunya menindak kelompok-kelompok bersenjata.
Status darurat diberlakukan saat utusan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk CAR menyerukan pengerahan lebih banyak lagi penjaga perdamaian sebagai tanggapan atas lonjakan serangan pasukan bersenjata baru-baru ini.
Tentara CAR, yang didukung oleh pasukan PBB, Rusia dan Rwanda, telah memerangi pemberontak yang berusaha untuk membatalkan pemungutan suara 27 Desember. Pada pemilu itu, Presiden Faustin-Archange Touadera dinyatakan sebagai pemenang.
“Keadaan darurat, yang akan berlangsung 15 hari, memungkinkan pihak berwenang mempercepat penangkapan dengan mengizinkan militer menahan tersangka tanpa melalui jaksa,” kata juru bicara pemerintah Albert Yaloke.
Eskalasi terjadi ketika utusan PBB Mankeur Ndiaye meminta Dewan Keamanan PBB untuk meningkatkan jumlah penjaga perdamaian secara substansial untuk memberikan misi mobilitas yang lebih besar di lapangan.
“Negara berada dalam risiko serius dari kemunduran keamanan dan pembangunan perdamaian," kata Ndiaye dalam pidatonya di depan dewan pada Kamis.
Tujuh penjaga perdamaian telah tewas sejak pemberontak melancarkan serangan bulan lalu. Pertempuran itu telah memaksa hampir 60.000 orang mengungsi dari negara itu, menambah krisis pengungsi yang sudah mengerikan.
Ndiaye mengatakan sejumlah besar pasukan CAR telah melakukan desersi karena pelatihan dan sumber daya yang tidak mencukupi.
Sumber: Suara Pembaruan