Tokyo, Beritasatu.com- Korban meninggal akibat Covid-19 di Jepang mencapai 5.000 orang pada Sabtu (23/1) ketika negara itu berjuang untuk menahan kebangkitan penyebaran kasus infeksi. Seperti dilaporkan Xinhua, Sabtu (23/1), angka terbaru itu dikonfirmasi kementerian kesehatan dan otoritas lokal Jepang.
Akibat jumlah infeksi terus meningkat di seluruh negeri, laju kematian akibat Covid-19 di Jepang semakin cepat.
Jumlah kematian akibat virus corona melampaui 1.000 pada Juli tahun 2020, dan melampaui 2.000 kasus setelah sekitar empat bulan pada November. Pada akhir Desember, jumlah kasus meninggal melewati 3.000 orang dan dalam waktu kurang dari 20 hari, angka melampaui angka 4.000 orang.
Berdasarkan prefektur, Osaka memiliki jumlah kematian tertinggi dengan 812 kasus kematian, diikuti oleh Tokyo yakni 770 kasus dan Hokkaido yakni 561 kasus.
Gelombang infeksi terbaru telah memaksa Perdana Menteri Yoshihide Suga mengumumkan keadaan darurat di 11 dari 47 prefektur di negara itu, termasuk Tokyo, Osaka dan Kyoto, pada awal bulan Januari.
Berdasarkan deklarasi tersebut, pemerintah telah meminta masyarakat untuk sedapat mungkin tinggal di rumah, dan bar dan restoran untuk mempersingkat jam kerja, meskipun saat ini tidak ada sanksi bagi mereka yang tidak memenuhi permintaan tersebut.
Menurut Kementerian Kesehatan, Tenaga Kerja dan Kesejahteraan Jepang, jumlah kasus infeksi mingguan di 10 prefektur telah mencapai Tahap 4, level terburuk dari skala empat poin pemerintah.
Di antara 10 prefektur, sembilan prefektur berada dalam keadaan darurat dan yang lainnya adalah prefektur pulau selatan Okinawa.
Dengan jumlah pasien yang sakit parah diperbarui hampir setiap hari, para profesional medis telah memperingatkan bahwa sistem medis mungkin runtuh dan bahwa mereka harus meninggalkan beberapa pasien yang seharusnya mereka rawat karena kekurangan tempat tidur rumah sakit.