Eindhoven, Beritasatu.com- Perdana Menteri Belanda Mark Rutte mengutuk kerusuhan pada akhir pekan lalu terhadap pembatasan virus corona yang baru diberlakukan sebagai "kekerasan kriminal".
Seperti dilaporkan BBC, Senin (25/1), para perusuh menyerang polisi dan membakar mobil dan sepeda untuk memprotes jam malam yang diberlakukan pada Sabtu (23/1).
Di kota selatan Eindhoven, pengunjuk rasa melemparkan kembang api, menjarah supermarket dan memecahkan jendela toko.
Ada aksi protes yang lebih kecil di Amsterdam, dan di beberapa kota besar dan kecil di seluruh negeri.
Menurut polisi, lebih dari 200 orang telah ditahan.
"Ini tidak ada hubungannya dengan protes, ini adalah kekerasan kriminal dan kami akan memperlakukannya seperti itu," seru Rutte kepada wartawan, Senin.
Di Eindhoven, bola golf dan kembang api dilemparkan ke arah polisi dengan perlengkapan anti huru hara. Polisi akhirnya menggunakan gas air mata untuk menyingkirkan kerumunan. Sepeda bakar dibangun menjadi barikade. Di kota Enschede timur, perusuh melemparkan batu ke jendela rumah sakit.
"Kebakaran di pusat pemeriksaan di Urk melampaui semua batas," kata Menteri Kesehatan Hugo de Jonge.
Anggota dewan keamanan regional bertemu pada Senin (25/1) untuk membahas tanggapan.
Pemerintah Belanda baru saja memberlakukan langkah-langkah terberatnya sejak dimulainya pandemi - termasuk jam malam yang berlaku mulai pukul 21.00 hingga pukul 04.30. Jam malam ini adalah yang pertama di Belanda sejak Perang Dunia Kedua. Siapa pun yang kedapatan melanggarnya akan didenda 95 euro (Rp 1,61 juta).
Sumber: Suara Pembaruan