Washington, Beritasatu.com- Regulator Amerika Serikat (AS) telah memperingatkan bahwa lebih dari setengah dari seluruh pembersih tangan berbasis alkohol yang diimpor dari Meksiko mengandung bahan beracun tingkat berbahaya.
Seperti dilaporkan BBC, Kamis (28/1), Badan Pengawas Obat dan Makanan (FDA) menyatakan pihaknya menempatkan produk pada "peringatan impor" di seluruh negeri sampai dapat meninjau keamanannya.
Beberapa diiklankan sebagai mengandung etanol tetapi ditemukan mengandung metanol, atau alkohol kayu. Metanol bisa menjadi racun jika terserap melalui kulit atau berakibat fatal jika tertelan.
"Bahan berbahaya lainnya - 1-propanol - juga ditemukan di beberapa produk," kata FDA.
Peringatan impor berarti pembersih tangan berbasis alkohol dari Meksiko akan dikenakan pengawasan ketat FDA, dan pengiriman dapat disita.
"Penggunaan pembersih tangan oleh konsumen telah meningkat secara signifikan selama pandemi virus corona, terutama ketika sabun dan air tidak dapat diakses, dan ketersediaan produk berkualitas buruk dengan bahan berbahaya dan tidak dapat diterima tidak akan ditoleransi," kata Judy McMeekin, Komisaris Asosiasi FDA untuk Urusan regulasi.
Satu pernyataan menyebut bahwa tes FDA pada pembersih tangan dari Meksiko menemukan 84% sampel dari April hingga Desember 2020 tidak sesuai dengan peraturan AS.
"Lebih dari setengah sampel ditemukan mengandung bahan beracun, termasuk metanol dan / atau 1-propanol, pada tingkat yang berbahaya," katanya.
Lebih dari 900 keracunan tidak disengaja yang melibatkan pembersih tangan telah dilaporkan di AS pada Januari saja, CBS News melaporkan, sebagian besar melibatkan anak-anak.
Selama pandemi, FDA telah memperingatkan konsumen untuk memeriksa dengan cermat bahwa pembersih tangan memenuhi standar tertentu. FDA telah menghasilkan daftar produk yang disarankan agar tidak dibeli konsumen.
Untuk membunuh virus corona, pembersih tangan harus mengandung alkohol dalam jumlah yang cukup, setidaknya 60% etanol atau 70% isopropanol, menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC). Mereka juga harus aman digunakan pada kulit.
Sumber: Suara Pembaruan