Yangon, Beritasatu.com - Kelompok bantuan Save the Children mengatakan, pihaknya menangguhkan operasinya di negara bagian Kayah yang dilanda perselisihan di Myanmar setelah dua anggota staf hilang dalam serangan yang menewaskan sedikitnya 30 orang. Korban tewas termasuk wanita dan anak-anak, dengan banyak mayat yang terbakar.
Kedua staf tersebut sedang melakukan perjalanan ke desa asal mereka untuk liburan akhir tahun ketika mereka terjebak dalam kekerasan di negara bagian timur, kata Save the Children dalam sebuah pernyataan pada Sabtu (25/12/2021).
"Kami mendapat konfirmasi bahwa kendaraan pribadi mereka diserang dan dibakar," kata kelompok itu.
Kelompok oposisi pada hari Sabtu menyalahkan militer, yang merebut kekuasaan dari pemerintah sipil pada bulan Februari, atas pembantaian pada hari Jumat di dekat desa Mo So di kota Hpruso.
Juru bicara Junta Jenderal Zaw Mun Tun tidak menjawab teleponnya pada hari Minggu (26/12/2021). Reuters tidak dapat secara independen memverifikasi laporan serangan dari penduduk setempat, laporan media dan kelompok hak asasi manusia setempat.
Media pemerintah melaporkan, pasukan Myanmar telah menembak dan membunuh sejumlah teroris bersenjata.
Foto-foto yang dibagikan oleh Kelompok Hak Asasi Manusia Karenni dan media lokal menunjukkan sisa-sisa tubuh yang hangus di atas bak truk yang terbakar.
Seorang penduduk desa mengatakan kepada Reuters pada hari Sabtu bahwa dia telah melihat 32 mayat, sementara Save the Children mengatakan setidaknya 38 orang tewas.
Badan amal yang berbasis di London itu mengatakan telah menangguhkan operasi di Kayah dan beberapa bagian negara bagian Karen yang berdekatan dan di wilayah Magway.
"Kami merasa ngeri atas kekerasan yang dilakukan terhadap warga sipil tak berdosa dan staf kami, yang berdedikasi kemanusiaan. Mereka mendukung jutaan anak yang membutuhkan di seluruh Myanmar," kata kepala eksekutif Save the Children, Inger Ashing.
Saksikan live streaming program-program BeritaSatu TV di sini
Sumber: CNA/Reuters