New York, Beritasatu.com- Tiongkok dan Rusia pada Kamis (20/1/2022) memblokir usulan Amerika Serikat (AS) untuk menjatuhkan sanksi Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) pada lima warga Korea Utara.
Seperti dilaporkan AFP, desakan sanksi itu sebagai tanggapan atas peluncuran rudal baru-baru ini oleh Pyongyang, kata para diplomat.
Blokir sanksi dari Tiongkok datang sebelum pertemuan dewan tertutup baru di Korea Utara, juga diminta oleh Washington, dan diikuti oleh keputusan Rusia untuk menentang proposal Amerika.
Di bawah aturan PBB saat ini, periode pemblokiran berlangsung selama enam bulan. Setelah itu, anggota dewan lainnya dapat memperpanjang blok selama tiga bulan dan satu hari, sebelum proposal disingkirkan secara permanen dari meja perundingan PBB.
Bersama dengan Beijing, Moskwa telah lama menentang peningkatan tekanan terhadap Korea Utara, bahkan meminta keringanan sanksi internasional karena alasan kemanusiaan.
Pekan lalu, setelah Washington memberlakukan sanksi terhadap lima warga Korea Utara yang terkait dengan program rudal balistik negara itu, Amerika Serikat melakukan kampanye di Dewan Keamanan untuk memperpanjang sanksi PBB kepada lima orang yang sama.
Departemen Keuangan AS menyatakan salah satu warga Korea Utara yang terkena sanksi, Choe Myong Hyon, berbasis di Rusia dan telah memberikan dukungan kepada Akademi Ilmu Pengetahuan Alam Kedua (SANS) Korea Utara, yang sudah dikenakan sanksi.
Sanksi Departemen Keuangan AS juga menargetkan empat perwakilan organisasi bawahan SANS Korea Utara yang berbasis di Tiongkok yakni: Sim Kwang Sok, Kim Song Hun, Kang Chol Hak, dan Pyon Kwang Chol.
Washington menuduh kelimanya memiliki hubungan dengan program senjata pemusnah massal Korea Utara.
Korea Utara telah meluncurkan serangkaian uji coba rudal, menegaskan "haknya yang sah" untuk membela diri.
Misi diplomatik Tiongkok untuk PBB tidak segera menanggapi permintaan komentar.
Menurut duta besar AS untuk PBB Linda Thomas-Greenfield, pertemuan Dewan Keamanan PBB tentang Korea Utara pada hari Kamis, yang kedua dalam sebelas hari, dikhususkan untuk membahas tanggapan terhadap tes misil Korut terbaru.
"Kami harus menanggapi mereka. Tindakan ini tidak dapat diterima," kata Thomas-Greenfield selama wawancara virtual dengan Carnegie Endowment for International Peace, satu lembaga penelitian.
Saksikan live streaming program-program BeritaSatu TV di sini
Sumber: BeritaSatu.com