Sydney, Beritasatu.com - Letusan gunung berapi Tonga terasa seperti bom atom yang mengguncang seluruh pulau, kata seorang pekerja bantuan kemanusiaan kepada AFP pada Jumat (21/1/2022). Pemerintah negara Pasifik itu tengah bergegas untuk mengatasi kekurangan air minum.
Sudah hampir sepekan setelah erupsi gunung berapi Hunga Tonga Hunga Ha'apai. Ledakan itu menimbulkan tsunami dan memisahkan Tonga dari belahan dunia lainnya, menurut para saksi bencana tersebut.
"(Di Tongatapu, pulau utama Tonga) kami merasakan sangat besar ... itu seperti bom atom. Seluruh pulau berguncang karena suara letusan," kata Sekretaris Jenderal (Sekjen) Palang Merah Tonga Sione Taumoefolau, Jumat.
Situasi saat ini masih sangat sulit. Pasokan bantuan yang masuk sangat terbatas dan warga harus menghadapi upaya pembersihan besar-besaran.
"Bagian terburuk bagi kami adalah abu (vulkanik). Di mana-mana kami tertutup abu dari gunung berapi itu," lanjut Taumoefolau.
Koordinator krisis Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Jonathan Veitch mengatakan kepada AFP dari Fiji bahwa perhatian utama sekarang untuk Tonga adalah kebutuhan air minum. Persediaan air untuk puluhan ribu orang dikhawatirkan terkontaminasi oleh abu vulkanik atau air asin.
"Sebelum letusan, mayoritas warga Tonga mengandalkan air hujan. Jika semua pada dasarnya dibuat beracun oleh abu, maka mereka memiliki masalah. Kecuali mereka memiliki akses ke sumber air tanah," jelas Veitch.
Penentuan lokasi dan akses ke sumber air tanah saat ini sangat penting. Pengujian air telah dimulai, lanjutnya, tetapi setelah letusan Sabtu (15/1) seluruh negara telah tertutup abu vulkanik.
Halaman: 123selengkapnya
Saksikan live streaming program-program BeritaSatu TV di sini
Sumber: AFP