Leiden, Beritasatu.com- Produsen pesawat Airbus membatalkan kontrak senilai US$ 6 miliar (Rp 85 triliun) dengan Qatar Airways setelah kisruh soal cat yang mengelupas. Seperti dilaporkan Al Jazeera, Sabtu (22/1/2022), Qatar Airways menyebut keputusan Airbus sebagai masalah penyesalan dan frustrasi yang cukup besar.
Airbus dipastikan telah membatalkan kontrak senilai US$ 6 miliar dengan Qatar Airways untuk 50 unit jet penumpang A321neo barunya. Pembatalan ini meningkatkan perselisihan hukum antara kedua perusahaan atas cat pada A350 yang baru saja dikirim.
Pada Desember, Airbus dibawa ke pengadilan oleh Qatar Airways di London, menyusul serangkaian dugaan masalah dengan pesawat Airbus A350.
Maskapai ini mengeluhkan cat pada Airbus A350 yang baru saja dikirim retak dan terkelupas, memperlihatkan jalinan tembaga yang digunakan untuk melindungi pesawat dari sambaran petir.
Qatar Airways meminta kompensasi lebih dari US$ 600 juta (Rp 8,5 triliun) setelah mengandangkan pesawat yang terkena dampak yakni 21 dari 53 unit jet A350-nya – mengklaim bahwa masalah cat adalah risiko keselamatan.
Kesepakatan itu dilaporkan bernilai US$ 6,35 miliar (Rp 90,9 triliun) ketika diselesaikan pada Desember 2017.
Qatar Airways menerbitkan satu video di media sosial pada hari Jumat tentang bagian luar jet A350 yang di-grounded yang menurut maskapai menggarisbawahi "masalah keamanan yang serius dan sah".
Badan Keselamatan Penerbangan Uni Eropa secara independen menilai masalah ini dan tidak menemukan masalah keamanan.
“Tidak ada dasar yang masuk akal atau rasional bagi regulator Qatar untuk menghentikan penerbangan A350 yang dioperasikan oleh Qatar Airways,” kata Airbus dalam dokumen yang disiapkan untuk sidang pengadilan London pada hari Kamis.
Airbus menuduh Qatar Airways menghasut larangan terbang karena kepentingan finansialnya sendiri untuk menjaga pesawat tetap di darat mengingat runtuhnya pandemi virus corona dalam permintaan perjalanan udara.
Qatar Airways menolak klaim tersebut dalam satu pernyataan pada hari Jumat.
“Cacat ini tidak dangkal dan salah satu cacat menyebabkan sistem proteksi petir pesawat terbuka dan rusak. Kami terus mendesak Airbus untuk melakukan analisis akar penyebab yang memuaskan mengenai penyebab cacat,” katanya.
Saksikan live streaming program-program BeritaSatu TV di sini
Sumber: BeritaSatu.com