Jakarta, Beritasatu.com - Pemerintah melalui Kementerian Koperasi dan UKM (Kemenkop UKM) akan menyiapkan dan mengarahkan bisnis santripreneur dan para calon saudagar di sektor-sektor usaha yang menjadi keunggulan domestik Indonesia.
Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mengatakan hampir semua negara di dunia kini tengah mencari keunggulan domestiknya masing-masing. Tak terkecuali, Indonesia.
"Kita punya laut yang begitu besar yang di dalamnya terkandung ikan tuna, lobster, dan sebagainya. Tapi, investasi di sektor kelautan ini baru 2% yang besar," ucap Teten, di Jakarta, Selasa (22/11/2022).
Contoh lain, kata Teten, Indonesia merupakan produsen CPO terbesar di dunia. Tapi, yang bisa diekspor baru sebatas minyak goreng. Teten mencontohkan perusahaan PT Unilever Indonesia telah membeli CPO lokal dan mampu memproduksi banyak sekali jenis produk, dari mulai makanan, kosmetik, hingga farmasi.
Menurut Teten, pemerintah ingin mengubah hal itu dengan memulai industrialisasi dan sekarang dengan hilirisasi yang tidak lagi menjual bahan baku.
"Industrialisasi sedang kita koreksi dengan melakukan industrialisasi berbasis keunggulan domestik dengan bahan baku lokal. Bukan lagi manufaktur berbahan baku impor," kata Teten.
Selain memiliki banyak potensi sumber daya alam, Indonesia juga memiliki banyak kekayaan produk-produk berbasis kreatif. Teten mengatakan untuk menciptakan pengusaha tangguh, pendekatannya harus melalui inkubasi.
"Ibarat telur, dierami, ditetaskan, kemudian dibesarkan. Jadi, kita perlu menyiapkan inkubator-inkubator," tutur Teten.
Teten menambahkan, Indonesia membutuhkan banyak industrialis dan entrepreneur yang memiliki model bisnis yang inovatif. "Salah satu caranya, pemerintah terus mengembangkan ekosistem kewirausahaan," tandas Teten.
Selain itu, pendekatan perbankan dalam menyalurkan kredit dengan menerapkan agunan juga harus berubah, menjadi pendekatan credit scoring. "Perusahaan fintech saja bisa kredit sampai Rp2 miliar tanpa agunan," kata Teten.
Teten menambahkan, Kemenkop UKM terus mendorong para pelaku UMKM go digital, dimana catatan keuangan harus sudah digital memakai aplikasi yang sudah banyak tersedia. Sehingga, kredit UMKM tidak lagi harus pendekatan agunan, melainkan credit scoring dari usahanya.
"Ini solusi yang harus kita lakukan," pungkas Teten.
Saksikan live streaming program-program BTV di sini
Sumber: Investor Daily