Jakarta, Beritasatu.com - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan tantangan ekonomi global ke depan masih bergerak dinamis. Oleh karena itu, ia menekankan pentingnya penguatan manajemen risiko di berbagai instansi.
Setidaknya ada tiga risiko tantangan yang akan meningkat ke depan yakni dunia masih bergejolak seiring perang Rusia dan Ukraina yang belum selesai serta perang dagang AS dan Tiongkok. "Risiko lainnya Tiongkok menerapkan lockdown setidaknya 6 bulan ke depan, tingginya harga energi, gangguan rantai pasok sebabkan dunia sedang bergejolak," ucapnya dalam Seminar Nasional Manajemen Risiko secara virtual, Rabu (23/11/2022).
Dengan meningkatnya risiko global, Perry memproyeksi pertumbuhan ekonomi dunia masih akan menurun di tahun 2023 dan sejumlah negara dihadapkan risiko resesi seperti AS dan Eropa. "Gangguan rantai pasok telah memicu inflasi sangat tinggi sebab kenaikan harga energi, serta kenaikan suku bunga The Fed sangat tinggi dan akan berlangsung lama. Hal ini juga berimplikasi pada penguatan dolar yang menekan sejumlah mata uang di berbagai negara termasuk rupiah," pungkasnya.
Seiring menguatnya dolar, saat ini banyak investor di negara berkembang memilih untuk keluar dari pasar keuangan dan memilih menaruh dananya di alat likuid. "Cash is the king karena risiko tinggi lebih senang tarik dana dari EM (emerging market) dan taruh uang di alat likuid. Ini uncertainty dinamika pertama gejolak global," tegasnya.
Lebih lanjut, cepatnya digitalisasi dalam berbagai aspek seperti sistem pembayaran dan proses kerja. Pesatnya digitalisasi ini terjadi selama pandemi Covid-19 karena diterapkan work from home. "Proses kerja setelah Covid-19 banyak kita lakukan hybrid forever dan milenial kita semakin banyak. Saat ini di lingkungan BI sebanyak 60% pegawai kita milenial lebih suka bekerja digital dan berbagai perkembangan digital global cross border payment semakin cepat," tuturnya.
Kendati demikian, Perry mengingatkan bahwa pesatnya perkembangan digitalisasi juga memerlukan antisipasi konsekuensi bagi manajemen risiko.
Terakhir, dinamika berkaitan dengan kondisi dalam negeri yang mencakup proses politik yang akan berlangsung di Indonesia, serta pemindahan ibu kota ke ibu kota negara (IKN). "Perlu kita antisipasi, tiga dinamika ini yakni gejolak global, digitalisasi dan proses politik dan perpindahan IKN perlu diantisipasi manajemen risiko di lembaga publik," tutupnya.
Saksikan live streaming program-program BTV di sini
Sumber: Investor Daily