Tampil di Metaverse, Strategi BRI Pacu Layanan Nasabah
Jakarta, Beritasatu.com - PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI tengah mengeksplorasi peluang dan manfaat dari layanan metaverse bagi nasabah. Sebagai langkah awal, nasabah akan mulai disuguhkan layanan cabang maya atau virtual branch.
AVP, Head of AI BRI Andika Rachman mengungkapkan, BRI masih dalam tahap mengeksplorasi nilai-nilai dan manfaat dari metaverse. Maka banyak riset yang dilakukan untuk benar-benar mengetahui kedudukan metaverse dalam layanan perbankan BRI.
"Transformasi digital di BRI, memang posisinya tidak bisa menjadi fully digital bank, karena di BRI banyak nasabah di wilayah pelosok dan pedalaman yang tidak ada mobile internet dan banking. Sehingga kami menempatkan diri sebagai hybrid bank, dimana kita punya digital channel, menjalani transformasi, tapi tetap punya cabang konvensional," papar Andika dalam salah satu kanal diskusi di acara Indonesia Digital Conference 2022, Rabu (23/11/2022).
Andika mengatakan, BRI memulai pemanfaatan metaverse dari risiko paling kecil seperti membuat virtual branch. Selain untuk transisi ke metaverse, nasabah nantinya juga bisa memanfaatkan layanan menggunakan virtual reality (VR).
"Ini masih baru dan ini adalah perjalanan yang akan terus kita lakukan. Apalagi ada yang baru lagi yaitu layanan blockchain, web 3.0, metaverse, jadi suatu hal yang begitu booming karena perubahan Facebook ke Meta, yang mungkin menarik untuk dieksplorasi," jelas dia.
Di sisi lain, Andika menerangkan, di awal 2020, BRI sudah mencoba untuk mengadopsi artificial intelligence (AI) karena banyak data yang dihimpun dari berbagai transaksi di BRImo sejak tahun 2010. "Saat ini perusahaan fokus empat elemen dalam rangka melengkapi secara komprehensif kebutuhan nasabah," beber Andika.
Pertama, customer engagement and experience untuk BRI dapat memberikan layanan yang hyper personalized ke setiap nasabah. Kedua, AI terbukti sangat membantu untuk mempercepat proses credit underwriting, terutama dalam asesmen kredit digital.
"Karena adanya banyak data yang bisa kita utilized, sehingga kita bisa menyediakan layanan yang benar-benar otomatis untuk kredit digital. Dulu credit underwriting dalam rangka penilaian masih dilakukan manual oleh manusia, sekarang dengan adanya data, machine learning, kita sudah percaya diri untuk bisa memberikan persetujuan yang baik dan secara NPL bisa di bawah ketentuan," jelas dia.
Elemen ketiga merupakan anti fraud and risk analytic yang semakin penting karena kesempatan kecurangan, misalnya social engineering. Dalam hal ini perusahaan mesti siap untuk bisa menangkal hal-hal tersebut lewat AI dan machine learning.
"Setiap hari hampir jutaan cyber attack, tidak mungkin dilakukan secara manual dan harus punya sistem yang mumpuni. Kita punya sistem namanya BRI Force yang memang fungsinya supaya transaksi dan layanan yang diberikan aman untuk nasabah," ujar Andika.
Sementara elemen terakhir untuk melengkapi kebutuhan nasabah mengoptimalkan smart service and operation agar memperbesar menyerap peluang yang ada.
"Ini menjadi penting dengan cakupan agen yang besar dari BRI di lapangan sekaligus guna meningkatkan produktivitas melalui pemanfaatan AI," pungkas Andika.
Sumber: Investor Daily
Saksikan live streaming program-program BTV di sini
Bagikan
BERITA TERKAIT
BERITA TERKINI
Emiten Pabrik Terigu Cerestar Balikkan Rugi Jadi Untung
Sri Mulyani: UMKM Bisa Ciptakan 97% Lapangan Kerja di ASEAN
Pakai Ponsel Saat Mengemudi, Erling Haaland Diperiksa Polisi
Harga Emas Turun karena Saham dan Dolar di Zona Hijau
Inklusi Keuangan Digital UMKM Perkuat Ekonomi ASEAN
2 Hari Naik, Harga Minyak Turun karena Profit Taking
Studi: ChatGPT Bisa Gantikan Profesi Manajer Investasi
