Jakarta, Beritasatu.com - Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) kembali menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun depan menjadi 4,7% dari sebelumnya 4,8%, di tengah ancaman resesi pada tahun depan. Proyeksi ini juga turun dibandingkan asumsi pertumbuhan ekonomi dalam APBN 2023 sebesar 5,3%.
Melansir dari OECD Ekonomic Outlook Edisi November 2022, prospek pertumbuhan tahun ini justru akan lebih baik jika dibandingkan dengan tahun depan. Tahun ini OECD memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia lebih moderat yakni sebesar 5,3%.
"Pada tahun 2023, meskipun ketidakpastian global meningkat, permintaan komoditas ekspor diproyeksikan tetap tinggi. Adanya kentungan harga komoditas yang menguntungkan dan arus masuk modal yang masih kuat membantu Indonesia untuk melawan ketidakpastian global yang kuat," jelas OECD dalam laporannya yang dikutip Investor Daily, Rabu (23/11/2022).
Akan tetapi, pada tahun depan, OECD memandang permintaan domestik dan pertumbuhan konsumsi di sektor swasta akan tertahan karena adanya inflasi yang masih tinggi. Namun, investasi berupa belanja modal masih akan meningkat secara signifikan.
Lebih lanjut, selain bayangan inflasi, perekonomian domestik tahun depan juga masih dibayangi persoalan global terkait energi, pupuk dan pangan. Selain itu, munculnya dinamika politik menjelang Pemilihan Presiden pada 2024 juga akan mulai terasa pada tahun depan.
“Gejolak politik serta ketegangan sosial menjelang pemilihan presiden dapat mendistorsi persepsi investor internasional terkait kekuatan perekonomian Indonesia,” tulis OECD.
Dengan demikian, OECD menyarankan, agar tahun depan kebijakan fiskal dan moneter harus tetap ketat, sementara dukungan untuk konsumsi rumah tangga rentan harus dipertahankan.
"Meskipun dukungan kebijakan ekonomi makro akan melemah karena suku bunga riil berubah menjadi positif dan subsidi bahan bakar dipangkas, permintaan domestik akan diuntungkan oleh konsumsi yang terpendam dan peningkatan belanja modal secara bertahap," tulis laporan OECD.
Dalam jangka menengah, pemerintah juga harus mendukung peningkatan produktivitas melalui pengembangan sumber daya manusia yang tepat, serta menghilangkan hambatan kegiatan usaha dan restrukturisasi badan usaha milik negara (BUMN).
Tahun depan, sektor pariwisata juga kemungkinan akan kembali menjadi harapan pendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia.
"Sisi baiknya, dampak terhadap hasil potensial dari reformasi yang diberlakukan dalam beberapa tahun terakhir untuk meliberalisasi pasar tenaga kerja mungkin ternyata lebih besar dari yang diharapkan," tandas laporan tersebut.
Saksikan live streaming program-program BTV di sini
Sumber: Investor Daily