Jakarta, Beritasatu.com- Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Mendes PDTT) Abdul Halim Iskandar mengatakan pembangunan desa yang dilaksanakan dengan prinsip no one left behind akan dimaksimalkan dengan mengadopsi sistem co-creation.
Sistem ini merupakan metodologi Social Innovation Platforms (SIP) yang dikembangkan United Nations Development Programme (UNDP). Dengan co-creation, maka kebutuhan dan masalah yang dihadapi masyarakat secara keseluruhan akan lebih banyak dieksplor. Sehingga menjadi acuan untuk melakukan pembangunan di desa.
“No one left behind prinsipnya di sini. Tidak boleh ada satu pun warga desa yang terlewatkan partisipasinya dalam pembangunan desa,” ucap Abdul Halim Kamis (24/11/2022).
Dalam 2 tahun terakhir Kemendes PDTT telah mengadopsi metodologi SIP di Gorontalo dan Sukabumi. Sistem ini dinilai berhasil dan sangat berpengaruh pada pembangunan desa. Oleh karena itu, SIP akan dilanjutkan dengan skala yang lebih besar dan disandingkan dengan program Transformasi Ekonomi Kampung Terpadu (TEKAD).
“Kami mengakui pentingnya pembangunan pedesaan Indonesia. Saya berharap bahwa dengan bekerja sama, kita dapat membuat kumpulan praktik terbaik yang memungkinkan kita memberdayakan komunitas ini secara demokratis dan memajukan pembangunan nasional dan tujuan pembangunan berkelanjutan,” ungkap Halim.
Metodologi SIP dikembangkan UNDP bersama Agirre Lehendakaria Center (ALC) dengan beberapa langkah. Selain co-creation, metodologi SIP ini juga dilaksanakan dengan beberapa langkah lainnya. Di antaranya system mapping, listening process, collective sensemaking, prototyping, dan scaling. Kompleksitas ini merupakan upaya pendekatan berbeda dalam pembangunan desa. Sebab dilakukan pendekatan mendalam tentang apa saja yang benar-benar dibutuhkan seluruh warga.
Langkah ini disambut baik UNDP yang menekankan persamaan prinsip dengan Kemendes PDTT untuk melibatkan semua aktor masyarakat dalam proses pembangunan desa.
Kepala Perwakilan UNDP Indonesia Norimasa Shimomura optimis pembangunan di desa semakin merata dan tepat sasaran, seiring dengan banyaknya kawasan yang dibangun dengan metodologi tersebut. “Melibatkan semua anggota komunitas sangat penting,” tandas Shimomura.
Selain itu, dengan mengadopsi metodologi SIP, maka tidak akan dibiarkan siapa pun keluar dari proses perencanaan pembangunan desa. "Upaya kami bergantung pada keterlibatan setiap anggota masyarakat, dan saya harap kami dapat melakukan hal yang sama di negara lain di kawasan ini dan sekitarnya,” ucap Shimomura.
Saksikan live streaming program-program BTV di sini
Sumber: BeritaSatu.com