Jakarta, Beritasatu.com – PT Danareksa (Persero) telah resmi menjadi Holding sejak Juli 2022 lalu. BUMN yang tadinya mengurus IPO perusahaan-perusahaan besar seperti Krakatau Steel dan Garuda Indonesia, kini diberi mandat untuk menyehatkan BUMN-BUMN yang "sakit" dan melakukan scaling up BUMN yang berpotensi menjadi besar.
Pasien-pasien Danareksa pun bervariasi, mulai dari kawasan industri yang tengah bersolek menyambut investor besar hingga BUMN percetakan Balai Pustaka yang kini bertransformasi menjadi perusahaan kekayaan intelektual dengan memproduksi film horor.
Awal mulanya Danareksa bergerak di bidang jasa keuangan seperti menjadi penjamin emisi initial public offering (IPO) BUMN dan swasta. Sebagai BUMN jasa keuangan, Danareksa terbilang sukses, tetapi kemudian Menteri BUMN Erick Thohir meminta Danareksa menangani restrukturisasi BUMN.
Lantas, kenapa Danareksa yang dipilih menjadi holding restrukturisasi?
"Berdasarkan pengalaman Danareksa zaman dulu (sebagai BUMN investasi keuangan), apa yang dibawa oleh kita adalah pengalaman Danareksa sebagai penasihat keuangan. Sebelum jadi holding, kita pernah diminta jadi penasihat pembentukan holding BUMN pangan. Dari sisi capital markets, yang kita bawa adalah pemahaman bagaimana cari uang dengan struktur yang optimum," kata Direktur Utama PT Danareksa (Persero) Arisudono Soerono kepada Beritasatu.com, baru-baru ini.
Pada tahun 2022, Menteri BUMN RI Erick Thohir meluncurkan Holding BUMN Danareksa sebagai holding BUMN spesialis transformasi yang mengelola BUMN lintas sektor pada tanggal 20 Juli 2022 berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik No 7 Tahun 2022. Penambahan PMN ke dalam modal saham Danareksa tersebut berasal dari pengalihan seluruh saham Pemerintah pada 10 BUMN yaitu PT Nindya Karya, PT Kliring Berjangka Indonesia, PT Kawasan Industri Medan, PT Kawasan Industri Wijayakusuma, PT Kawasan Industri Makassar, PT Kawasan Berikat Nusantara, PT Balai Pustaka, PT Perusahaan Pengelola Aset, PT Jakarta Industrial Estate Pulogadung dan PT Surabaya Industrial Estate Rungkut.
Berikut adalah daftar "to do list" Danareksa setelah menjadi holding:
1. Kawasan Industri
Di bawah Danareksa, laba klaster Kawasan Industri pun mulai mengalami peningkatan yang signifikan. Tercatat laba klaster Kawasan Industri di tahun 2020 mencapai Rp 167 miliar menjadi Rp 517 miliar di tahun 2021. Tahun ini, klaster ini on track mencapai laba sekitar Rp 900 miliar. Klaster ini juga adalah klaster terbesar Danareksa.
Kawasan industri yang paling prominen adalah Kawasan Industri Terpadu Batang (KITB) yang dikelola oleh Holding Danareksa melalui Kawasan Industri Wijayakusuma. KITB merupakan salah satu kawasan yang masuk dalam daftar proyek Strategis Nasional yang berlokasi di Batang, Jawa Tengah.
2. PT Perusahaan Pengelola Aset
Tergabung juga Perusahaan Pengelola Aset (PPA) yang ditugaskan untuk mengelola BUMN titip kelola dan jasa advisory. PPA diplot menjadi BUMN spesialis merawat BUMN sakit. Beberapa pasien PPA adalah Industri Sandang Nusantara, Iglas Nusantara, Merpati Airlines, bahkan Garuda Indonesia sempat jadi pasien PPA, tetapi kini sudah sembuh. PPA kini tengah melakukan revitalisasi dan pengembangan salah satu tempat bersejarah atau “Titik Nol” industri musik Indonesia, yakni Lokananta, studio rekaman pertama di Indonesia yang didirikan pada tahun 1956.
Baca selanjutnya
3. PT Kliring Berjangka Indonesia (KBI)PT KBI disiapkan menjadi perusahaan digital ...
Halaman: 12selengkapnya
Saksikan live streaming program-program BTV di sini
Sumber: BeritaSatu.com