Jakarta, Beritasatu.com - Emiten batu bara PT Bumi Resources Tbk (BUMI) pada tahun ini berpotensi kehilangan pendapatan lebih US$ 1 miliar karena curah hujan tinggi. Meski demikian, BUMI tetap mematuhi aturan royalti terbaru dan menyumbang US$ 700 juta kepada pemerintah.
Direktur sekaligus Sekretaris Perusahaan PT Bumi Resources Tbk Dileep Srivastava menjelaskan curah hujan tinggi akibat badai Nina berdampak buruk bagi pertambangan batu bara. Perseroan mengestimasikan kerugian mencapai 10% dari target produksi batu bara di 2022 berkisar 72-75 juta ton. “Angka 10% tersebut setara dengan US$ 1 miliar, itu potensi kehilangan kita akibat hujan,” ujar dalam paparan publik, Selasa (29/11/22).
Pada tahun ini perseroan dihadapkan pada dua tantangan. Pertama, persoalan utang yang dapat diselesaikan dengan mendapatkan investor baru yakni Grup Salim lewat private placement dan obligasi wajib konversi (OWK) yang dieksekusi CIC dalam waktu dekat. “Sehingga kami melakukan penghematan kas US$ 200 juta yang dianggarkan untuk membayar utang pada 2023,” jelasnya
Lewat aksi korporasi ini, Dileep mengatakan, BUMI berhasil menyelesaikan utang berdenominasi dolar sehingga menjadikan perusahaan bebas utang atau zero debt.
Tantangan kedua, yakni perubahan kebijakan royalti batu bara pemerintah dari 30,5% pada 2021 menjadi 40% untuk domestik dan 28% untuk ekspor. Dileep mengatakan, apabila diambil rata-rata royalti yang dibayarkan BUMI pada tahun 2022, maka jumlahnya sudah lebih tinggi 11% dari pendapatan kotor 2021. “Jadi jika anda mengambil pendapatan Bumi sebesar US$ 6,3 juta hingga September, tambahan royalti yang telah dibayarkan kepada pemerintah di periode yang sama sudah mencapai US$ 700 juta,” paparnya.
Dileep mengatakan pada 2023 BUMI berharap dapat mengembalikan kerugian yang dialami pada 2022 dengan menargetkan produksi batu bara naik 10% dari proyeksi 2022 yang diestimasikan pada kisaran 80 juta ton hingga 85 juta ton. Untuk mencapai target itu, prioritas perseroan pada 2023 yakni melakukan efisiensi dalam produksi batu bara, mitigasi cuaca hujan dan memperkaya bauran produk berkualitas sehingga dapat meningkatkan realisasi.
Diversifikasi bisnis
Guna memperluas usaha, Bumi Resources terus mengkaji rencana diversifikasi bisnis. Salah satunya yakni ekosistem kendaraan listrik atau electric vehicle (EV). Direktur Utama Bumi Resources Adika Nuraga menyebutkan bahwa ekosistem EV menjadi salah satu sektor yang tengah dibidik BUMI. Saat ini perusahaan masih menjajaki apakah akan masuk tidak secara langsung.
Selain itu, perseroan mempertimbangkan untuk masuk dalam segmen metal. "Saat ini kami juga tengah mengkaji beberapa metal strategis,” paparnya.
Adika Nuraga yang kerap disapa Aga juga mengemukakan, diversifikasi perseroan pada sektor non-coal ini menjadi bagian dari prioritas dalam hilirisasi batu bara sesuai dengan perpanjangan Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK).
Saksikan live streaming program-program BTV di sini
Sumber: Investor Daily