Jakarta, Beritasatu.com - Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad memprediksi pendanaan di sektor digital pada 2023 masih akan seret seperti di 2022. Kondisi ini membuat tekanan yang dihadapi perusahaan rintisan atau startup semakin berat.
Sebelumnya di 2021, investasi di sektor digital di Indonesia mencapai Rp 144,06 triliun. Di tahun tersebut, banyak perusahaan startup yang memperoleh pendanaan dengan nilai besar. Dana tersebut kemudian digunakan untuk melakukan ekspansi, termasuk menambah sumber daya manusia (SDM). Namun di 2022, kondisinya berubah. Nilai investasi di sektor digital hingga November 2022 hanya tinggal Rp 53,58 triliun.
“Untuk pendanaan startup di 2023 agak berat ya, karena kan kebanyakan investor kita dari luar negeri. Mereka sekarang akan lebih realistis mencari investasi yang menjanjikan dan lebih aman, cenderung ke bond ketimbang berinvestasi di fintech karena sangat sensitif. Apalagi ada perang suku bunga, bond yang 3 tahun, 10 tahun, mereka akan cari yang penawarannya menarik,” kata Tauhid Ahmad dalam acara Forum Ekonomi Digital Kominfo V, di Jakarta, Kamis (1/12/2022).
Dengan kondisi ini, Tauhid melihat akan ada beberapa startup yang terpaksa menghentikan bisnisnya di 2023, khususnya di financial technology (fintech), namun jumlahnya tidak akan banyak.
“Sya rasa beberapa ada (yang tutup), tetapi tidak akan banyak. Yang paling kelihatan P2P lending, sudah ada beberapa yang tutup,” kata Tauhid.
Tauhid menegaskan, penting sekali bagi para startup untuk melakukan efisiensi. Namun, efisiensi yang dilakukan tidak harus dengan langkah pemutusan hubungan kerja (PHK) seperti yang belakangan ini banyak dilakukan.
Ekonom Indef Nailul Huda juga mengungkapkan, industri digital di Indonesia saat ini tengah menghadapi tantangan yang berat sebagai dampak dari investasi di sektor ini yang terus menurun.
“Kenaikan suku bunga acuan menaikkan cost of fund dari investasi. Investor enggan berinvestasi dengan tingkat suku bunga yang tinggi. Akibatnya, nilai investasi terus merosot,” ungkap Nailul Huda
Lantaran karakteristik perusahaan rintisan di Indonesia masih mengandalkan pendanaan dari investor, Huda mengatakan cash flow startup menjadi terancam akibat minimnya investasi. Karenanya, banyak perusahaan rintisan yang kemudian melakukan PHK.
Saksikan live streaming program-program BTV di sini
Sumber: BeritaSatu.com