Jakarta, Beritasatu.com - Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad memproyeksikan industri startup di Indonesia pada 2023 akan melambat. Kondisi ini tidak terlepas dari adanya penurunan daya beli masyarakat sebagai dampak dari pelemahan ekonomi global.
"Potensi bisnis akan melambat, karena ada perubahan perilaku masyarakat. Konsumsi akan turun, terutama pengaruh di belanja online, traveling, dan sebagainya. Ini karena ada potensi ekonomi yang sedikit melambat di 2023," kata Tauhid Ahmad usai acara Forum Ekonomi Digital Kominfo V, di Jakarta, Kamis (1/12/2022).
Tauhid menambahkan, dengan inflasi yang tinggi dan naiknya suku bunga, orang akan berpikir ulang untuk melakukan pinjaman di fintech peer-to-peer lending (P2P lending). Kondisi ini pada akhirnya akan memengaruhi bisnis fintech yang diprediksi akan melambat.
"Saya kira memang sulit dihindari, tahun depan dunia startup juga akan mengalami perlambatan dari sisi bisnisnya. Di e-commerce akan turun, di fintech akan melambat, karena biaya untuk mereka melakukan konsumsi terlalu tinggi ketika inflasi juga tinggi," kata Tauhid.
Dari sisi pendanaan, Tauhid juga melihat tantangan yang dihadapi para startup masih akan berat. Sebelumnya di 2021, investasi di sektor digital di Indonesia mencapai Rp 144,06 triliun. Namun di 2022, kondisinya berubah. Nilai investasi di sektor digital hingga November 2022 hanya tinggal Rp 53,58 triliun.
"Untuk pendanaan perusahaan rintisan di 2023 agak berat ya, karena kan kebanyakan investor kita dari luar negeri. Mereka sekarang akan lebih realistis mencari investasi yang menjanjikan dan lebih aman, cenderung ke bond ketimbang berinvestasi di fintech karena sangat sensitif. Apalagi ada perang suku bunga, bond yang 3 tahun, 10 tahun, mereka akan cari yang penawarannya menarik,” kata Tauhid.
Saksikan live streaming program-program BTV di sini
Sumber: BeritaSatu.com