Surabaya, Beritasatu.com - Asosiasi Industri Baja Indonesia atau The Indonesia Iron & Steel Industry Association (IISIA) bersama Kamar Dagang dan Industri (Kadin) menyelenggarakan IISIA Business Forum 2022 (IBF 2022) yang dilaksanakan pada 1-3 Desember 2022 di Grand City, Surabaya, Jawa Timur.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto mengatakan, industri baja nasional merupakan salah satu pilar utama bagi pembangunan Indonesia Maju.
"Saat ini kebutuhan baja nasional berada pada kisaran 16 juta ton dan akan meningkat menjadi 100 juta ton pada tahun 2045 saat kita menargetkan menjadi negara maju dengan kekuatan ekonomi terbesar nomor empat di dunia,” jelas Airlangga, saat membuka acara IISIA Business Forum 2022, Kamis (1/12/2022).
Airlangga menyampaikan, pembangunan industri baja menuju 100 juta ton merupakan keniscayaan agar Indonesia mampu membangun kemandirian industri nasional. "IBF 2022 ini merupakan sarana menjembatani terwujudnya hal tersebut," tandas Airlangga.
Sementara, chairman IISIA, Silmy Karim menyatakan, IBF 2022 adalah ajang industri besi dan baja terbesar di Indonesia pada 2022. Diikuti oleh 91 perusahaan-perusahaan ternama maupun peserta dari profesional dan institusi pendidikan yang menekuni bidang industri besi baja, manufaktur, konstruksi maupun infrastruktur.
"Kami berterima kasih kepada Kadin dan seluruh pihak yang sudah mendukung terlaksananya IBF 2022 ini. Industri baja nasional sebagai mother of industries sudah sepatutnya bersinergi bersama industri lainnya bergerak bersama memaksimalkan penggunaan produk-produk unggulan dalam negeri untuk kemajuan Indonesia,” tambah Silmy Karim.
Silmy juga mendorong pemerintah untuk melakukan pembatasan impor. "Tujuan utamanya, untuk mendukung peningkatan utilitas produksi baja dalam negeri," tegasnya.
Menurut Silmy, rata-rata utilitas produk baja di Indonesia sekitar 50%. Supaya utilitas ini bisa naik menjadi 80% tentunya sangat diperlukan peran pemerintah dalam membatasi impor baja.
"IISIA mendukung pembatasan impor, sehingga produk dalam negeri bisa menjadi tuan rumah di negara sendiri. Apalagi, banyak negara sudah melakukan model proteksi tersebut," tandasnya.
Silmy menyebutkan, industri baja nasional saat ini masih pada tahap pertumbuhan awal yang akan terus meningkat pesat seiring pertumbuhan ekonomi nasional.
Konsumsi baja per kapita Indonesia saat ini masih kurang dari 70 kilogram (kg) per kapita per tahun, jauh tertinggal dari Korea Selatan 1.076 kg, Tiongkok 667 kg, Jepang 456 kg, dan Amerika Serikat 291 kg per kapita.
Konsumsi Indonesia bahkan tertinggal dibandingkan dengan konsumsi baja per kapita negara tetangga ASEAN, seperti Malaysia 210,5 kg, Thailand 233,3 kg, dan Singapura 273,5 kg per kapita.
Sementara, dari sisi produksi, Indonesia saat ini baru memproduksi baja kasar sebanyak 14,3 juta ton, jauh tertinggal dari Tiongkok 1.032,8 juta ton, India 118,2 juta ton, Jepang 96,3 juta ton, Amerika Serikat 85,8 juta ton, Rusia 75,6 juta ton, dan Korea Selatan 70,4 juta ton.
"Dari data tersebut dapat kita simpulkan bahwa peluang berkembangnya industri baja nasional masih sangat besar sehingga kita dorong agar industri baja nasional dapat terserap oleh kebutuhan dalam negeri,” ujar Silmy.
Saksikan live streaming program-program BTV di sini
Sumber: BeritaSatu.com