Jakarta, Beritasatu.com- Menteri BUMN Erick Thohir menyebut emiten-emiten BUMN berkontribusi sebesar 25% sebagai penggerak pasar modal di Bursa Efek Indonesia (BEI), atau lebih baik dibandingkan sektor swasta.
Erick menerangkan jika diukur dengan sektor swasta (private sector), capital gain dan dividen kumulatif emiten BUMN secara konsolidasi bisa menghasilkan return sebesar 18%. Return tersebut menurutnya, lebih baik jika dikomparasikan dengan capital gain dan dividen kumulatif sektor swasta yang berada di posisi 10,8%.
"Inilah kenapa kemarin bursa sangat gembira ketika BUMN dan bursa bisa bekerja sama. Karena kalau dilihat, salah satu pertumbuhan bursa adalah BUMN. Kita kurang lebih 25% dari penggerak bursa," jelas Erick dalam rapat kerja bersama Komisi VI DPR RI di Jakarta, Senin (5/12/2022).
Belum lagi, jika dilihat dari sisi ratio utang emiten-emiten BUMN terhadap modal juga diproyeksikan tahun ini akan mengalami penurunan menjadi 34% dari rasio utang sebelumnya di level 36% dan 38%. Artinya, lanjut Erick, hal ini memperlihatkan bahwa BUMN sehat saat dikonsolidasikan.
"Kita memang tidak menutup mata ada BUMN yang tidak sehat. Inilah salah satu fokus kita untuk menyehatkan BUMN terutama di industri pangan dan pertahanan pada 2023. Karena itu, kita pastikan mudah-mudahan, ratio utang bisa tercapai di 2022," papar Erick.
Laba BUMN Kuartal III Rp 155 Triliun
Dalam kesempatan tersebut, orang nomor satu di Kementerian BUMN ini juga menyampaikan bahwa sampai kuartal III 2022, BUMN telah berkontribusi kepada negara total sebesar Rp 1.198 triliun yang terdiri dari pajak bagi hasil dan dividen. Realisasi tersebut secara kumulatif lebih tinggi sebesar Rp 68 triliun ketimbang realisasi tahun ssbelumnya.
"Jadi, untuk 2021 laba konsolidasi sekitar Rp 124,7 triliun. Lalu, kalau kita lihat di kuartal III 2022 laba konsolidasi kembali meningkat menjadi Rp 155 triliun. Jadi, artinya sudah terjadi konsolidasi, efisiensi, dan fokus dari pembangunan ekosistem," tambah Erick.
Erick mengingatkan untuk tidak mudah terjebak jika nanti menemukan laba BUMN di buku laporan kinerja mencapai Rp 209 triliun. Pasalnya, di situ tidak lepas dari restrukturisasi PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) sebesar Rp 54 triliun.
"Jadi, kita hanya bicara yang cash dan non-cash karena kalau digabungkan jadi tinggi sekali. Padahal, tahun depan belum tentu ada non-cash sebesar ini. Jadi, jangan sampai kinerja Garuda nanti menurun. Non-cash besar sekali dari Garuda dan kalau bisa jangan ada restrukturisasi besar-besar juga. Jadi, ini malah menjadi catatan," tutup Erick
Saksikan live streaming program-program BTV di sini
Sumber: Investor Daily