Jakarta, Beritasatu.com - Berbagai lembaga memprediksi dan memberi peringatan akan kemungkinan terjadinya resesi yang diperkirakan dapat memangkas pertumbuhan ekonomi. Tantangan ekonomi tersebut tidak hanya dihadapi oleh Indonesia namun juga negara-negara lainnya.
Head of Distribution Sales BNP Paribas Asset Management Andy Chandra melihat peluang investasi di 2023 akan tetap terbuka di tengah adanya ancaman resesi ekonomi.
"Kita jangan terlalu pesimistis, namun tidak juga terlalu optimistis," ungkap Andy Chandra dalam webinar Market Outlook 2023 “Cuantastic Saat Resesi” yang digelar Phillip Sekuritas Indonesia, Sabtu (10/12/2022).
Menurut Andy, sebenarnya opportunity atau kesempatan ketika terjadinya resesi itu ada. Cash, aset-aset yang sifatnya safe haven akan diuntungkan.
"Orang akan cenderung ya ngapain ambil risiko, suku bunganya lagi tinggi, ambil saja risk free-nya, itu peluangnya. Karena ketika suku bunga cenderung diturunkan atau di-hold, di situ obligasi akan menarik, jadi obligasi juga akan menjadi cuan pada waktu itu,” imbuhnya.
Ketika banyak investor yang berbondong-bondong masuk ke obligasi, lanjut Andy, nantinya yield atau imbal hasilnya menjadi kecil. Obligasi lalu sudah tidak lagi dilihat sebagai instrumen investasi yang menarik, sehingga kemudian market mulai masuk ke saham.
“Kalau yield-nya yang mereka sekarang dari 3,5% tiba-tiba orang semua berbondong-bondong masuk karena melihat resesi, ada perlambatan, begitu semua orang masuk yield-nya jadi 2%. Ini sudah tidak menarik lagi, sehingga akan melirik pasar saham. Jadi, apa yang harus disiapkan ketika terjadi resesi? Jangan terlalu pesimistis dan optimistis, di tengah-tengah saja. Siapkah cash untuk melakukan pembelian secara bertahap, tetapi jangan terlalu agresif juga,” kata Andy.
Resesi sendiri dilihat Andy bukan suatu kondisi yang buruk. Secara umum resesi terjadi saat ekonomi di suatu negara tumbuh negatif pada dua kuartal beruntun.
“Kalau kita lihat, resesi ekonomi itu perlambatan pertumbuhan ekonomi dua kuartal berturut-turut, itu teoritikalnya. Jadi sebenarnya resesi bukan hal yang buruk, tidak juga. Karena akibat inflasi yang tinggi, itu harus direm dengan kenaikan suku bunga yang akhirnya memberikan dampak terhadap tingkat pertumbuhan atau GDP yang melambat,” kata Andy.
Saksikan live streaming program-program BTV di sini
Sumber: BeritaSatu.com