Wahai Investor! HSBC Jagokan Saham Konsumer dan Perbankan
Jakarta, Beritasatu.com - HSBC Global Private Banking (GPB) menyoroti optimisme pasar saham Indonesia yang telah diuntungkan melambungnya harga komoditas dan pemulihan konsumsi domestik. Dengan fokus pemerintah mendorong banyak investasi asing, Indonesia diyakini dapat meningkatkan kemampuan manufaktur baru.
Chief Investment Officer for Southeast Asia, Global Private Banking, and Wealth Management HSBC James Cheo mengatakan, valuasi pasar saham Indonesia diperdagangkan di bawah rata-rata historisnya. “Kami pikir peluang di pasar saham Indonesia akan ada di perusahaan atau saham konsumer dan perbankan,” ujar dia kepada wartawan di Jakarta, Selasa (17/1/2023).
James menunjukkan, perekonomian Indonesia didorong konsumsi swasta, ekspor, dan belanja investasi. Indonesia menikmati pertumbuhan ekspor yang kuat didukung tingginya harga komoditas. Pasalnya, Indonesia adalah pengekspor minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO) terbesar dunia dan pengekspor batu bara terbesar kedua. Meskipun beberapa harga komoditas telah turun, harga dua komoditas tersebut tetap tinggi dan menguntungkan kas negara.
Selain itu, Indonesia sedang mengalami ledakan investasi, khususnya peningkatan rantai pasokan nikel. Indonesia sekarang menjadi pengekspor baja stainless terbesar di dunia dan diperkirakan menjadi produsen utama baterai kendaraan listrik.
Namun kata James, ekspor sebagai pendorong utama pemulihan pascapandemi kemungkinan akan melambat tahun 2023. Begitu pula dengan konsumsi domestik dapat berkurang. “Akibatnya, kami perkirakan perekonomian Indonesia akan moderat dan tumbuh sebesar 4,3% pada 2023,” sambung James.
Sedangkan inflasi diproyeksi ada di level sedang. Oleh karena itu, HSBC memperkirakan BI akan menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 bp pada kuartal I 2023, sehingga 7-day reverse repo rate menjadi 5,75%, mempertahankan suku bunga tersebut di sisa tahun 2023. “Dengan memuncaknya kekuatan dolar dan membaiknya posisi current account saat ini, menurut kami dolar terhafap rupiah mencapai Rp 14.800 per dolar AS pada akhir tahun 2023,” tandas James.
HSBC GPB mengaku menjaga posisi peningkatan alokasi pada saham Asia (selain Jepang), terutama di Tiongkok, Hong Kong, Indonesia, dan Thailand agar dapat mencerminkan prospek pertumbuhan positif negara-negara tersebut pada 2023. HSBC memperkirakan, ada rebound siklus kuat dalam pertumbuhan Asia mulai kuartal II 2023. Hal ini mengikuti perkiraan kontraksi PDB Tiongkok 0,5% secara tahunan pada kuartal I 2023, akibat gangguan jangka pendek disebabkan gelombang wabah Covid-19 yang sedang berlangsung setelah pencabutan zero Covid-19 policy.
Sumber: Investor Daily
Saksikan live streaming program-program BTV di sini