Pendiri ChatGPT Bicara Soal Skenario Terburuk AI

Jakarta, Beritasatu.com - Penggunaan kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) belakangan ini menuai kontroversi. ChatGPT, program chatbot dengan kecerdasan buatan yang dikembangkan OpenAI, ternyata begitu canggih hingga mampu untuk digunakan dalam berbagai hal, mulai dari menulis essay hingga thesis, artikel berita hingga analisis sentimen.

Pada dasarnya, apapun yang Anda perlukan atau tanyakan, akan dijawab ChatGPT dalam bentuk teks sesuai keinginan Anda dan itu termasuk jumlah kata hingga analisa mendalam. Hasilnya pun terlihat cukup natural, selayaknya ditulis seorang manusia. Cara menggunakannya pun mudah. Cukup buat akun lalu masukkan perintah. Tidak perlu jago bahasa Inggris, Anda bisa menggunakan bahasa Indonesia untuk memerintahkan/bertanya kepada ChatGPT.

ChatGPT dirilis secara resmi oleh OpenAI pada 30 November 2022. Pendirinya adalah Sam Altman dan pendiri Tesla, Elon Musk. Mereka merintis OpenAI sejak 2015.

Pada praktiknya, ChatGPT bisa mempermudah pekerjaan manusia. Kemampuannya menjawab pertanyaan bisa menyaingi Google. 

Pendiri ChatGPT, Sam Altman, dalam sebuah wawancara dengan StrictlyVC baru-baru ini, membeberkan manfaat dan risiko dari kecerdasan buatan. Skenario terbaiknya, AI bisa sangat bermanfaat, tetapi skenario terburuknya adalah ketergantungan hingga "akhir dari kita semua."

"Saya dapat membayangkan bagaimana rasanya ketika kita memiliki, seperti, informasi yang melimpah luar biasa dan sistem yang dapat membantu kita menyelesaikan kebuntuan dan meningkatkan semua aspek kehidupan sehingga mempermudah dan membuat kehidupan kita lebih baik. Manfaat kecerdasan buatan sangat luar biasa bagus dan di luar imajinasi, sehingga Anda akan terdengar seperti orang gila jika mulai membicarakan manfaat AI," kata dia.

Sumber: Business Insider

Saksikan live streaming program-program BTV di sini