Proyeksi IPO Perusahaan di BEI Turun Jadi Rp 48 T, Bank Sumut Ditunda
Jakarta, Beritasatu.com- Progres penawaran umum saham perdana (initial public offering/IPO) saham PT Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara Tbk (BSMT) atau Bank Sumut berstatus canceled atau ditunda di situs e-ipo.co.id. Hal ini membuat perkiraan dana yang dihimpun dari pipeline pencatatan saham atau IPO di Bursa Efek Indonesia (BEI) berkurang Rp 1 triliun menjadi Rp 48,5 triliun.
Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna menyebutkan, sampai 31 Januari 2023, terdapat 10 perusahaan yang telah mencatatkan sahamnya di BEI. Kemudian, ada 39 perusahaan dalam pipeline pencatatan saham BEI dengan perkiraan dana sebesar Rp 48,5 triliun.
Sedangkan sebelumnya, Nyoman mengatakan per 19 Januari 2023, terdapat 45 perusahaan dalam pipeline pencatatan saham di BEI dengan perkiraan dana yang dihimpun Rp 49,5 triliun.
“Dalam prosesnya, sampai dengan rencana penawaran umum memperoleh pernyataan efektif dari OJK, calon perusahaan tercatat bersama dengan penjamin emisi dapat melakukan pembatalan atau penundaan rencana IPO dengan pertimbangan tertentu,” jelas dia terkait status IPO BSMT, Selasa (31/1/2023).
Nyoman mengatakan, alasan pembatalan atau penundaan tersebut sepenuhnya didasari keputusan calon perusahaan tercatat bersama dengan penjamin emisi.
Semula, Bank Sumut berencana menggelar IPO sebanyak-banyaknya 2.934.798.300 saham seri B dengan nilai nominal Rp 250 per saham. Jumlah saham yang akan dilepas 23% dari modal ditempatkan dan disetor penuh setelah IPO. Bank Sumut membuka harga penawaran Rp 350-510 per saham sehingga dana yang bisa diraih maksimal Rp 1,49 triliun.
Klasifikasi aset perusahaan yang saat ini berada dalam pipeline pencatatan (listing) saham di BEI, antara lain dari sektor barang baku (basic materials) sebanyak empat perusahaan dan dua perusahaan dari sektor industrial. Selanjutnya, ada lima perusahaan dari sektor transportasi & logistik, serta satu perusahaan dari sektor keuangan (financial).
Daftar listing saham selanjutnya sejauh ini berasal dari sektor barang konsumen primer (consumer non-cyclicals) sebanyak satu perusahaan dan sektor barang konsumen non-primer (consumer cyclicals) delapan perusahaan. “Tiga perusahaan dari sektor kesehatan, dua perusahaan dari sektor energi, tiga perusahaan dari sektor properti & real estate, tujuh perusahaan dari sektor teknologi, serta tiga perusahaan dari sektor infrastruktur,” sambung Nyoman kepada wartawan.
Berdasarkan data di atas, perusahaan pada sektor barang konsumen non-primer dan teknologi paling banyak pada pipeline pencatatan saham. Sedangkan sisanya tersebar pada sektor lain.
Nyoman merevisi bahwa saat ini terdapat sembilan perusahaan yang telah berada pada sistem e-IPO, yaitu PT Avianna Sinar Abadi Tbk (IRSX) dan PT Wijaya Cahaya Timber Tbk (FWCT). Ada pula PT Haloni Jane Tbk (HALO), PT Hillcon Tbk (HILL), dan PT Pelita Teknologi Global Tbk (CHIP).
Rencana IPO yang sudah masuk sistem elektronik tersebut juga meliputi PT Hassana Boga Sejahtera Tbk (NAYZ), PT Solusi Kemasan Digital Tbk (PACK), PT Vastland Indonesia Tbk (VAST), dan PT Hoffmen Cleanindo Tbk (KING).
Sumber: Investor Daily
Saksikan live streaming program-program BTV di sini