OJK Ungkap Alasan Industri Keuangan Syariah Masih Tertinggal

Jakarta, Beritasatu.com - Total aset keuangan syariah Indonesia masih tergolong rendah dibandingkan aset keuangan konvensional.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat, per Desember 2022, total aset keuangan syariah Indonesia (tidak termasuk saham syariah) baru mencapai Rp 2.375 triliun dengan pangsa pasar 10,69% dari total nilai aset keuangan Indonesia.

Anggota Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen Friderica Widyasari Dewi menyampaikan, masih rendahnya pangsa pasar keuangan syariah ini utamanya disebabkan karena ketersediaan produk keuangan syariah yang belum cukup variatif dibandingkan dengan produk keuangan konvensional.

“Dibutuhkan inovasi yang secara konsisten dan terus menerus untuk menciptakan model bisnis produk dan jasa keuangan syariah yang dapat memberikan nilai tambah, dengan tetap menjaga kepatuhan pada prinsip-prinsip syariah,” kata Friderica Widyasari Dewi dalam acara Sharia Economic & Financial Outlook (ShEFO) 2023, di Jakarta, Senin (6/2/2023).

Dari hasil survei nasional literasi dan inklusi keuangan Indonesia yang dilakukan OJK, tingkat literasi dan inklusi keuangan syariah juga masih rendah. Indeks literasi keuangan syariah baru 9,14%, sedangkan indeks inklusi keuangan syariah mencapai 12,12%.

“Memang, kalau dibandingkan dengan survei 3 tahun sebelumnya, peningkatannya cukup menggembirakan, tetapi ini masih sangat jauh dan masih banyak ruang yang bisa kita tingkatkan untuk pengembangan literasi dan inklusi keuangan syariah,” kata Friderica.

Di sisi lain, pemenuhan sumber daya manusia (SDM) ekonomi dan keuangan syariah juga masih belum optimal, baik dari sisi jumlah maupun kualitas.

“Hal ini sangat dibutuhkan untuk mendukung pengembagan industri keuangan syariah di Indoensia,” kata Friderica.

Sumber: BeritaSatu.com

Saksikan live streaming program-program BTV di sini