Krisis Credit Suisse Picu Harga Minyak ke Level Terendah Desember 2021
Chicago, Beritasatu.com- Harga minyak turun tajam pada Rabu (15/3/2023), karena para trader khawatir krisis perbankan seperti Credit Suisse dapat merusak pertumbuhan ekonomi global.
Harga minyak berjangka WTI acuan AS turun lebih dari 5% menjadi US$ 67,61 per barel, mencapai level terendah sejak Desember 2021. Sedangkan harga minyak mentah Brent, patokan internasional, turun 4% menjadi US$ 74,36 per barel.
"Pasar minyak akan surplus di semester pertama tahun ini, tetapi itu akan berubah selama kita tidak melihat kesalahan kebijakan besar Fed yang memicu resesi," kata analis Oanda, Ed Moya dikutip CNBC International.
"Sekarang mendekati pertengahan US$ 60-an, penurunan minyak mentah WTI bergantung pada seberapa buruk gambaran makro."
Penurunan harga minyak terjadi karena risiko global menyusul berita bahwa investor terbesar Credit Suisse, Saudi National Bank, tidak akan memberikan bantuan ketika bank asal Swiss itu mengalami kesulitan likuiditas.
Berita itu menyebabkan saham Credit Suisse turun tajam. Ini juga menimbulkan kekhawatiran sistem perbankan global setelah dua bank regional AS kolaps.
Hasil strest test di bank-bank kecil membuat Goldman Sachs memangkas perkiraan pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) AS. "Bank kecil dan menengah memainkan peran penting dalam ekonomi AS," tulis ekonom Goldman.
Bank dengan aset kurang US$ 250 miliar menyumbang sekitar 50% pinjaman komersial dan industri AS.
Federal Reserve (The Fed) dijadwalkan mengadakan pertemuan kebijakan minggu depan. Memasuki minggu ini, trader memperkirakan setidaknya kenaikan suku bunga 25 basis poin. Namun, alat FedWatch CME Group saat ini menunjukkan peluang 2 banding 1 untuk mempertahankan suku bunga saat ini.
Saham Credit Suisse sempat anjlok 30% atau penurunan terbesar dalam 1 hari di bursa Swiss, Rabu (15/3/2023). Namun saham Credit akhirnya ditutup turun hanya 24%. Sementara di bursa AS, saham Credit Suisse ditutup anjlok hampir 14%.
Kejatuhan saham Credit Suisse dipicu Saudi National Bank (SNB) pemegang saham terbesarnya tak mau menyuntikkan modal. Selain itu, Credit Suisse belum mampu membendung arus keluar nasabah. Namun awal pekan ini Credit Suisse menerbitkan laporan keuangan tahun 2022, yang mengatakan telah mengidentifikasi "kelemahan material" dalam pelaporan keuangan.
Credit Suisse membukukan kerugian bersih sebesar 7,3 miliar franc Swiss (US$ 7,8 miliar) untuk tahun keuangan 2022. Bank terbesar kedua di Swiss ini mengalami peningkatan arus modal keluar pada kuartal keempat menjadi lebih dari 110 miliar franc Swiss (US$ 120 miliar).
Jatuhnya saham Credit Suisse menyebabkan aksi jual saham perbankan lainnya di bursa Eropa setelah sektor tersebut pulih pada Selasa (14/3/2023). BNP Paribas, Societe Generale, Commerzbank dan Deutsche Bank merupakan sejumlah bank yang membukukan penurunan tajam.
Credit Suisse pernah menjadi pemain besar di Wall Street. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, Credit Suisse dilanda serangkaian skandal dan kegagalan kepatuhan, yang telah merusak reputasi di mata klien dan investor. Kondisi ini juga membuat beberapa eksekutif puncak kehilangan pekerjaan.
Jatuhnya saham Credit Suisse menambah kekhawatiran pelaku pasar, setelah baru-baru ini dikejutkan dengan runtuhnya Silicon Valley Bank (SVB), Signature Bank, dan Silvergate Bank di Amerika Serikat.
Saksikan live streaming program-program BTV di sini