Hilirisasi Timah Jokowi Terancam Mandek, Ini Penyebabnya
Bangka Belitung, Beritasatu.com - Penjabat (PJ) Gubernur Bangka Belitung (Babel) Ridwan Djamaluddin menyebutkan proses hilirisasi timah di Babel masih terkendala invetasi dan pemasaran.
"Adapun yang harus kita upayakan adalah terkait pemasaran produknya. Jadi, jangan sampai kita menghasilkan produknya di pabrik, namun tidak bisa menjualnya. Pasalnya, timah ini banyak digunakan untuk aplikasi elektronik," kata Ridwan, di Bangka Belitung, Senin (20/3/2023).
PJ Gubernur Babel sekaligus Direktur Jenderal Mineral dan Batubara (Minerba) Kementerian ESDM ini mengatakan, terdapat beberapa hal penting lainnya terkait hilirisasi timah yang harus segera dibenahi. Utamanya, terkait masalah regulasi.
"Semua pihak sepakat hilirisasi hanya ada beberapa catatan. Pertama, masalah ekonomi. Kedua, kapan mau mulai. Ketiga, bagaimana mengakomodir kepentingan yang lebih luas. Keempat, bagaimana membangun jejaring internasional. Semua itu, menjadi pekerjaan rumah yang besar," tegasnya.
Ridwan mengeklaim, sudah ada beberapa perusahaan besar yang berani berinvestasi untuk membangun hilirisasi timah di Bangka Belitung. Namun, dia enggan menyebutkan secara detail, perusahaan apa saja yang sudah berinvetasi di Babel.
"Ada beberapa perusaan sudah menyiapkan diri. Salah satunya, PT Timah sudah menyiapkan untuk mendirikan smelter. Selain itu, beberapa perusahaan besar lainnya juga sudah menyiapkan diri," jelasnya.
Menurut Ridwan, program hilirisasi yang dicanangkan Presiden Jokowi atau Jokowi merupakan upaya meningkatkan nilai tambah untuk masyarakat sekarang maupun yang akan datang.
Sementara, Anggota Komisi VII DPR Bambang Patijaya menilai sebelum hilirisasi diterapkan, maka regulasi harus dibenahi terlebih dahulu. Tujuannya, untuk mempermudah investor masuk ke Babel.
"Hilirisasi yang akan terjadi di indonesia hanya hilirisasi pada tahap awal. Kenapa? Invetasi besar memerlukan teknologi tinggi kemuddian competitive advantage bahan baku harus murah, kita punya bahan baku, banyak sumbernya nomor dua paling besar di dunia. Namun, untuk mendapatkannya lebih mahal dari pada produk luar negeri. Ini kan tidak masuk akal," tegasnya.
Saksikan live streaming program-program BTV di sini
Bagikan