Butuh Modal Kerja, PP Presisi Terbitkan Obligasi Rp 750 M
Jakarta, Beritasatu.com - PT PP Presisi Tbk (PPRE) berencana menerbitkan obligasi dengan membidik dana sekitar Rp 750 miliar yang akan dimanfaatkan sebagai belanja modal atau capital expenditure dan kredit modal kerja (KMK).
Direktur Keuangan, Manajemen Risiko dan Legal PP Presisi, M Arif Iswahyudi memproyeksikan, dari penawaran umum berkelanjutan (PUB) I obligasi tahap II ini, perseroan dapat menghimpun dana kurang lebih Rp 750 miliar.
"Sebanyak 70% akan dialokasikan sebagai capex dan 30% sisanya sebagai KMK,” jawab Arif di Jakarta, Senin (20/3/2023).
Arif lebih lanjut menerangkan, skema obligasi tersebut merupakan pembiayaan yang bersifat jangka menengah panjang yang sesuai dengan term of project yang akan perseroan dapatkan di sektor jasa pertambangan.
Selain itu, skema tersebut juga menyesuaikan dengan masa pembiayaan alat yang akan perseroan beli untuk digunakan di proyek jasa pertambangan tersebut. Pasalnya, perseroan masih melanjutkan proyek jasa pertambangan yang sudah diperoleh sebelumnya.
“Kita masih proses repeat order kontrak baru di proyek jasa pertambangan yang sebelumnya kami dapatkan secara berkesinambungan,” tambah Arif.
Selanjutnya, tahun ini perseroan juga menggarap proyek sipil lain seperti pembangunan jalan tol dan proyek infrastruktur pendukung lain. Melalui aksi korporasi berupa rilis obligasi tersebut, Arif berharap dapat mendongkrak kinerja PP Presisi sebesar 20% sampai 25%.
Terlebih, anak usaha PTPP ini tengah fokus memperkuat posisinya sebagai main contractor baik di sektor jasa pertambangan maupun konstruksi. PP Presisi pun mengincar kontrak baru tahun ini naik 20%-30% atau setara Rp 6 triliun sampai Rp 7 triliun dengan perolehan kontrak baru di jasa pertambangan meningkat lebih dari 50%.
Target pertumbuhan kinerja perseroan tahun ini cukup beralasan bila bercermin dari performa positif PP Presisi sepanjang tahun 2022 lalu. Buktinya, perusahaan jasa konstruksi dan pertambangan pelat merah itu berhasil membukukan laba bersih melejit hingga 23,7% menjadi Rp 182 miliar dibandingkan laba bersih akhir tahun 2021 sebesar Rp 147 miliar.
Pertumbuhan laba bersih konsolidasian tersebut paralel dengan meningkatnya pendapatan perseroan sebesar 29,5% dari sebelumnya Rp 2,8 triliun menjadi Rp 3,6 triliun.
Adapun strukturnya, pertumbuhan pendapatan perseroan pada tahun 2022 itu didukung oleh bertumbuhnya pendapatan di segmen mining services menjadi 34% dari sebelumnya 9% pada tahun 2022. Pertumbuhan tersebut di antaranya berkat kontribusi dari pendapatan yang berkesinambungan di proyek Hauling Road Weda Bay dan proyek Hengjaya Mineralindo.
Saksikan live streaming program-program BTV di sini