Gejolak Harga Komoditas Pengaruhi Target PNBP 2023
Jakarta, Beritasatu.com - Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatat realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) per Februari 2023 mencapai Rp 86,4 triliun. Angka ini menunjukan pertumbuhan 86,6% year on year (yoy) jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2022.
Dirjen Anggaran Kemenkeu Isa Rachmatarwata mengatakan PNBP merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang cukup menantang untuk dikelola. Dalam periode 2017-2022, realisasi PNBP tertinggi terjadi di tahun 2022 mencapai Rp 588,3 triliun.
Fluktuasi pertumbuhan PNBP terutama dipengaruhi perkembangan harga komoditas minyak mentah, mineral batu bara (minerba), dan minyak kelapa sawit atau Crude Palm Oil (CPO). Pada tahun 2023 ini pemerintah menurunkan target PNBP menjadi Rp 441,3 triliun karena dipengaruhi oleh proyeksi fluktuasi harga komoditas, yang lebih rendah dibandingkan tahun 2022.
"Fluktuasinya sangat tinggi, karena itu mengelolanya juga tidak mudah. Kita tidak mudah untuk mengelola proyeksi, dan membuat estimasi. Kalau kita bisa mengelola dan rajin menggali potensi maka ada tren meningkat. Saat ada tren meningkat ini yang harus kita kelola lebih baik lagi,” kata Isa kepada awak media dalam Media Gathering di Jakarta, Selasa (21/3/2023).
Target PNBP tahun 2023 sebesar Rpp 441,3 triliun terbagi dalam beberapa jenis komponen yaitu Sumber Daya Alam (SDA) sebesar Rp 195,97 triliun, Kekayaan Negara Dipisahkan (KND) sebesar Rp 49,1 triliun, PNBP lainnya sebesar Rp 113,3 triliun, dan Badan Layanan Umum (BLU) sebesar Rp 83,01 triliun.
Menurut Isa, meskipun realisasi PNBP tumbuh tinggi pada dua bulan pertama tahun 2023 namun pemerintah juga mewaspadai dampak fluktuasi harga komoditas ke realisasi PNBP khususnya yang terkait komoditas SDA.
Dia mengatakan secara year on year PNBP bisa tumbuh tinggi sebab pada dua bulan pertama tahun 2022 belum terjadi kenaikan harga komoditas. Tren kenaikan harga komoditas baru terjadi setelah Maret 2022 dan kembali melandai pada akhir tahun 2022.
“Kalau dibandingkan antara dua bulan pertama 2023 dan dua bulan pertama tahun 2022. Kami masih mencatat pertumbuhan, tetapi kami mewaspadai akan ada pelandaian, Bahkan nanti bisa jadi ada penurunan. Mengapa? karena di tengah tahun 2022 kenaikan harga komoditas luar biasa tinggi, Harga komoditas tinggi-tingginya adalah di sekitar pertengahan tahun,” tandas Isa.
Saksikan live streaming program-program BTV di sini