Didorong IPO Kuartal IV, PalmCo Perkuat Industri Sawit Nasional
Jakarta, Beritasatu.com– Kebijakan Kementerian BUMN yang berencana membentuk PalmCo, sebagai sub-holding PTPN Group, khusus mengelola bisnis sawit dari hulu ke hilir, dinilai sebagai kebijakan tepat. Penggabungan PalmCo direncanakan akan dilakukan pada Mei 2023 dan dilakukan penawaran umum saham perdana (initial public offering/IPO) pada kuartal IV 2023.
"Pembentukan PalmCo menguntungkan perusahaan, industri sawit, dan perekonomian nasional," kata Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor (IPB) Didin S. Damanhuri dikutip Investor Daily Kamis (23/3/2023).
Dia mengatakan pembentukan PalmCo akan mendukung program hilirisasi sumber daya alam, terutama komoditas perkebunan minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO) di Indonesia. “Jika Palm Co dibentuk dalam rangka hilirisasi saya rasa ini tepat," jelas Didin S Damuri yang juga pendiri Indef kepada wartawan Senin (20/3/2023).
Dia menilai dengan adanya PalmCo, akan meningkatkan nilai tambah CPO di dalam negeri, mengingat saat ini, Indonesia hanya memproduksi 47 produk turunan dari CPO. Itu belum semuanya komersil.
Padahal Malaysia telah memproduksi sekitar 100 jenis produk turunan CPO dan hampir semuanya telah dipasarkan di pasar regional dan internasional. Sedangkan, Indonesia masih mengandalkan CPO dan minyak goreng.
Didin mencontohkan salah satu produk turunan CPO yang sedang diteliti peneliti IPB dan Taiwan adalah memproduksi gula dari CPO karena gula tebu dinilai tidak efisien dari sisi penggunaan lahan dan produktivitas tanaman.
“Kebetulan IPB baru saja menandatangani dengan perusahaan Taiwan bagaimana sawit bisa menghasilkan gula. Ini lebih produktif dari tebu. Jadi kalau IPB berhasil, PTPN bisa langsung membeli patennya. Banyak lagi contoh produk turunan CPO hasil inovasi di dalam negeri yang bisa dikomersilkan melalui Palm Co,” paparnya.
Sementara itu, bagi perekonomian nasional dan negara, dia mengatakan program hilirisasi CPO akan meningkatkan devisa dari ekspor produk turunan yang akan dihasilkan. “Begini, kalau dengan CPO saja Indonesia bisa mengumpulkan devisa ekspor tahun lalu sekitar Rp530 triliun, tentu dengan hilirisasi akan lebih besar lagi,” terangnya.
Di sisi lain, Didin S Damanhuri mengingatkan bahwa industri minyak sawit Indonesia juga ada sisi kelamnya, yaitu dugaan kartel minyak sawit. Pemerintah melalui Komisi Pengawasan Persaingan Usaha (KPPU), menurutnya, harus bisa mengatasi persoalan ini, sehinga perusahaan yang ingin berkembang, seperti PalmCo, bisa melaju dengan pesat, sesuai dengan mekanisme pasar.
Seperti diketahui dalam pengumuman rencana penggabungan, PT Perkebunan Nusantara (PTPN) V, VI dan XIII akan bergabung ke dalam PTPN IV atau nantinya dikenal sebagai Sub Holding PalmCo.
Dari hasil konsolidasi, PalmCo akan menjadi salah satu perusahaan sawit terbesar di dunia dari sisi luas lahan, yaitu mencapai lebih dari 600.000 hektera (ha) pada tahun 2026, dan akan menjadi pemain utama industri sawit dunia.
Melalui PalmCo, diharapkan pada 2026, PTPN akan mampu memproduksi 1,8 juta ton minyak goreng.
PalmCo juga ditargetkan bisa IPO tahun kuartal IV 2023 dan mendapatkan modal sekitar Rp 5 triliun hingga Rp 10 triliun.
Berita ini juga sudah tayang di Investor.id dengan judul: Guru Besar IPB Harap Pembentukan Palm Co Perkuat Industri Sawit Nasional
Saksikan live streaming program-program BTV di sini