Harga Emas Naik karena Pengetatan Moneter Fed Akan Berakhir
Chicago, Beritasatu.com - Harga emas memperpanjang kenaikan 2 hari berturut-turut pada Kamis (23/3/2023) didorong pelemahan dolar AS dan penurunan imbal hasil Treasury setelah Federal Reserve (the Fed) mengisyaratkan siklus pengetatan moneter yang ditandai kenaikan suku bunga akan berakhir.
Harga emas di pasar spot naik 1,18% menjadi US$ 1.992,81 per ons dan emas berjangka AS melonjak 2,4% menjadi US$ 1.995,90.
The Fed menaikkan suku bunga seperempat persentase poin atau 0,25% pada Rabu. Fed juga menyoroti bahwa kebijakan ketat moneter dan kenaikan suku bunga hampir berakhir.
“Jika kenaikan bunga benar-benar berhenti, itu merupakan lampu hijau untuk pasar emas, menjadi lindung nilai klasik terhadap inflasi. Kemungkinan inflasi akan tetap tinggi, jika Fed tidak menaikkan suku bunga lebih jauh lagi,” kata Direktur Perdagangan Logam High Ridge Futures David Meger, dikutip CNBC International.
Harga emas pada awal pekan ini mencapai level tertinggi 1 tahun, menembus level psikologis US$ 2.000 karena permintaan safe-haven, meskipun kemudian turun karena kegelisahan sektor perbankan mereda setelah penyelamatan Credit Suisse oleh pesaingnya UBS AG. "Namun prospeknya tetap positif jika Fed berhenti (naikkan bunga) atau krisis perbankan berlanjut," kata para analis
Bank Wall Street Goldman Sachs menaikkan target harga emas 12 bulan ke depan menjadi US$ 2.050 per ons dari US$ 1.950, menggambarkannya sebagai lindung nilai terbaik terhadap risiko keuangan.
"Kombinasi inflasi yang masih tinggi, permintaan investasi alternatif safe haven, dan pelemahnan dolar merupakan faktor pendorong di balik pergerakan emas baru-baru ini," tambah Meger.
Dolar mendekati posisi terendah awal Februari, membuat emas lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya. Adapun acuan imbal hasil obligasi pemerintah juga turun dan meningkatkan daya pikat emas.
Saksikan live streaming program-program BTV di sini