Meski Pendapatan Tumbuh 20,6%, Wika Justru Rugi Rp 60 Miliar
Jakarta, Beritasatu.com – Sepanjang tahun buku 2022, PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) menunjukkan pertumbuhan pendapatan sebesar 20,6% menjadi Rp 21,48 triliun daripada pendapatan tahun lalu sebesar Rp 17,81 triliun. Sayangnya, pertumbuhan itu belum sanggup mengatrol laba perseroan yang menderita rugi bersih nyaris Rp 60 miliar.
Direktur Utama WIKA Agung Budi Waskito menyebut, pertumbuhan pendapatan pada kinerja tahun buku 2022 itu utamanya disumbang dari penjualan segmen infrastruktur dan bangunan gedung. Disusul lagi, kontribusi dari penjualan segmen industri, energi, industrial plant, realti dan segmen properti.
“Capaian ini menunjukkan kinerja operasi WIKA yang sustain dan semakin efisien. Terbukti dari kapasitas produksi (burn rate) WIKA di tahun 2022 yang berada di level 39%, atau meningkat dibandingkan burn rate di tahun 2021 yang berada di level 30,2% dengan margin laba kotor sebesar 10,3%, naik dari tahun sebelumnya sebesar 9,5%,” jelas Direktur Utama WIKA Agung dikutip Investor Daily Minggu, (26/3).
Menurut Agung, kinerja operasi perseroan yang cenderung membaik tidak lepas dari keberhasilan perseroan dalam menuntaskan berbagai proyek di sepanjang tahun 2022 seperti Bendungan Sukamahi, Jawa Barat.
Selain itu, pada tahun lalu WIKA juga mampu menyelesaikan proyek revitalisasi dua terminal VVIP yakni di Bandar Udara I Gusti Ngurah Rai, Bali dan Bandar Udara Halim Perdana Kusuma, Jakarta untuk mendukung perhelatan G20 dan Pemasangan Single Point Mooring (SPM) Pengapon, Jawa Tengah berkapasitas 50 ribu DWT untuk meningkatkan ketahanan energi nasional.
Agung mengaku, perseroan telah menyiapkan langkah-langkah transformatif yang bertumpu pada sejumlah aspek seperti project selection yang lebih prudent, mengaplikasikan lean construction, memperkuat digitalisasi melalui eskalasi kapasitas BIM WIKA yang terintegrasi dengan penggunaan ERP WIKA, dan memperkuat kondisi keuangan Perseroan.
“Dengan transformasi ini, perseroan akan dapat menjalankan proses bisnis yang lebih efektif sehingga mampu mampu mencetak hasil yang lebih optimal bukan saja bagi pemilik proyek, tetapi juga bagi perseroan,” tutur Agung.
Di tengah kinerja pendapatan yang bertumbuh tersebut, celakanya tidak diimbangi dengan membaiknya kinerja laba bersih. Berdasarkan laporan keuangan WIKA secara konsolidasian, emiten konstruksi pelat merah itu justru menderita rugi bersih yang dapat diatribusikan ke pemilik entitas entitas induk sebesar Rp 59,5 miliar dibandingkan tahun sebelumnya yang membukukan laba bersih sebesar Rp 117,6 miliar.
Tertekannya laba bersih perseroan sepanjang tahun 2022 itu akibat melonjaknya beban keuangan sebesar 18,10% dari semula Rp 1,15 triliun menjadi Rp 1,37 triliun. Belum lagi, rugi entitas asosiasi yang membengkak menjadi Rp 99,3 miliar dari sebelumnya Rp 28,8 miliar.
Saksikan live streaming program-program BTV di sini