Korban PHK Pabrik Sepatu dan Pakaian Diprediksi Bakal Terus Bertambah

Jakarta, Beritasatu.com - Kasus pemutusan hubungan kerja (PHK) pabrik sepatu Adidas di Tangerang baru-baru ini menambah deretan derita buruh yang terdampak kebijakan perusahaan tersebut.
PHK yang melanda buruh pabrik, terutama pabrik tekstik, seperti sepatu dan pakaian diprediksi bakal terus bertambah. Hal ini melihat kondisi ekonomi global terutama di Amerika Serikat dan Eropa yang merupakan basis tujuan utama ekspor Indonesia.
Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (Core) Indonesia, Mohammad Faisal mengatakan Amerika Serikat dan Eropa hingga saat ini adalah negara tujuan ekspor Indonesia. Namun, perekonomian AS dan Eropa kini sedang melambat sehingga berdampak terhadap aktivitas pabrik di Indonesia.
“Pasar ekspor RI ke Amerika Serikat dan Eropa sedang surut. RI banyak bergantung kedua negara itu. Apalagi pakaian jadi. Sebanyak 50 persen pangsa pasar ekspornya ke Amerika Serikat,” kata Faisal saat dihubungi kepada Beritasatu.com, Minggu (28/05/2023).
Menurut Faisal, tujuan pasar ekspor Indonesia ke Amerika Serikat dan Eropa diprediksi masih akan melambat hingga akhir tahun 2023 dan kemungkinan baru akan bangkit di awal tahun 2024. Kondisi ini sangat berisiko terhadap aktivitas pabrik di Indonesia.
“Amerika Serikat dan Eropa masih suram sepanjang tahun ini, bahkan Jerman baru saja masuk resesi,” kata dia lebih lanjut.
Ditambahkan Faisal, jika kondisi saat ini tidak diantisipasi dengan baik, pabrik-pabrik yang beroperasi di Indonesia akan babak belur dan berujung pada PHK karyawan.
“Bisa jadi (babak belur) kalau kurang langkah antisipasi,” kata dia.
Sementara itu terkait makin maraknya PHK karyawan pabrik yang melanda di sejumlah daerah, Faisal meminta hal tersebut menjadi perhatian serius pemerintah. Dikatakan, pemerintah dapat memberikan insentif yang diprioritaskan kepada industri. Melalui insentif itu diharapkan angka pengangguran di Indonesia tidak semakin bertambah sebagai dampak PHK massal.
“Insentif harus diprioritaskan untuk industri-industri itu. Berikan insentif tambahan, jangan biarkan mereka layoff,” kata dia.
BERITA TERKAIT
BERITA TERKINI
Produsen Mobil Listrik VinFast Bangun Pabrik Rp 3,1 Triliun di Indonesia
Kasus Gratifikasi dan TPPU, Rafael Alun Turun Gunung Cari Klien untuk Perusahaannya
B-FILES


ASEAN di Tengah Pemburuan Semikonduktor Global
Lili Yan Ing
Perlukah Presiden/Kepala Negara Dihormati?
Guntur Soekarno
Urgensi Mitigasi Risiko Penyelenggara Pemilu 2024
Zaenal Abidin