Kuartal II 2023, Harga Minyak Mentah Dunia Melemah 6%

Texas, Beritasatu.com - Harga minyak mentah mengalami kenaikan pada Jumat (30/6/2023), tetapi mencatat kerugian dalam empat kuartal berturut-turut. Investor khawatir bahwa perlambatan aktivitas ekonomi global akan mengurangi permintaan bahan bakar.
Menurut Reuters, harga minyak Brent untuk pengiriman Agustus naik 56 sen (0,8%) menjadi US$ 74,9. Namun, dalam tiga bulan terakhir, kontrak tersebut turun 6%. Sementara itu, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS naik 78 sen (1,1%) menjadi US$ 70,64 per barel. Ini menjadi penurunan kuartal kedua berturut-turut setelah turun sekitar 6,5% dalam tiga bulan terakhir.
Harga minyak masih di bawah tekanan kenaikan suku bunga dan pemulihan manufaktur serta konsumsi Tiongkok yang lebih lambat dari perkiraan. Namun, tanda-tanda penguatan aktivitas ekonomi AS dan penurunan tajam persediaan minyak AS pekan lalu memberikan sedikit dorongan.
Pasar juga mendapat dukungan dari laporan Departemen Perdagangan AS yang menunjukkan kenaikan inflasi tahunan bulan lalu pada tingkat terendah dalam dua tahun.
Revisi naik permintaan minyak mentah dan produk olahan di Amerika Serikat (AS) juga mendorong harga minyak mentah. Data EIA menunjukkan bahwa permintaan untuk produk minyak mentah dan minyak turun sedikit menjadi 20,44 juta barel per hari pada bulan April tetapi tetap kuat secara musiman.
Selain itu, rencana Arab Saudi untuk memangkas produksi lebih lanjut sebesar 1 juta barel per hari pada Juli, serta kesepakatan OPEC+ untuk membatasi pasokan hingga 2024, juga mendorong harga minyak naik.
Meskipun demikian, harga minyak mentah masih tetap berada di bawah US$ 80 per barel karena faktor fundamental pasar yang kurang mendukung dan lebih banyak dipengaruhi oleh masalah ekonomi makro, menurut analis HSBC.
Para analis memperkirakan bahwa hambatan ekonomi global akan terus mempengaruhi harga minyak tahun ini. Meskipun perkiraan defisit sekitar 2,3 juta barel untuk Semester II-2023 akan memberikan dorongan pada kenaikan harga.
Sebuah survei Reuters terhadap 37 ekonom dan analis menunjukkan bahwa harga minyak akan menghadapi kesulitan untuk menguat tahun ini karena hambatan ekonomi global masih ada.
Perusahaan energi AS juga telah memangkas jumlah rig minyak dan gas alam yang beroperasi selama sembilan minggu berturut-turut untuk pertama kalinya sejak Juli 2020, menurut Baker Hughes.
BERITA TERKAIT
BERITA TERKINI

Konsumsi Obat Terlarang, Pengemudi Ayla di Sukabumi Tabrak 8 Pemotor

Rosan, Airlangga, Zulhas, hingga Anis Matta Hadiri Rapat Dewan Pengarah TKN Prabowo-Gibran di DPP Golkar

KPK Sebut Hakim Agung Gazalba Pakai Uang Gratifikasi untuk Beli Rumah dan Tanah

Buruh di Indramayu Tipu Warga Ratusan Juta dalam Seleksi Bintara Polri

Istri Siri Pelaku Pembakaran Eks Direktur RSU Padang Sidempuan Diringkus Polisi

Sule Siap Nikahi Santyka Fauziah Tahun Depan

Kenali Faktor, Gejala, dan Risiko HIV atau AIDS

KPK Duga Hakim Agung Gazalba Saleh Terima Uang Terkait Putusan Kasasi Edhy Prabowo

Strategi KPU Kota Magelang Tingkatkan Partisipasi Pemilih Muda

TKN Sebut Gimik Gemoy Prabowo Itu Alami, Tak Dibuat-buat

Cekcok, Anak Wanita di Mojokerto Pukul Ayah Kandung hingga Tewas

Sempat Divonis Bebas, Hakim Agung Gazalba Saleh Dijebloskan Lagi ke Rutan KPK

Dilanda Hujan Deras, Sejumlah Jalan dan Permukiman di Depok Banjir, Atap Stadion Roboh

Dugaan Kebocoran Data Pemilih, Anggota Komisi I DPR Sebut Sistem di KPU Masih Aman

Ammar Zoni Fokus Latihan Tinju di Tengah Proses Perceraian dengan Irish Bella
2
4
Retno Marsudi: Palestina Punya Hak untuk Merdeka
B-FILES


Pemilu 2024 vs Kesejahteraan Mental Generasi Z
Geofakta Razali
Rakernas IDI dan Debat Pilpres 2024
Zaenal Abidin
Indonesia dan Pertemuan Puncak APEC
Iman Pambagyo