Harga Emas Menguat karena Fed Diproyeksi Akhiri Kenaikan Bunga

Chicago, Beritasatu.com - Harga emas melonjak pada Kamis (10/8/2023) setelah data menunjukkan indeks harga konsumen Amerika Serikat (AS) Juli naik moderat. Hal ini memperkuat keyakinan bahwa bank sentral AS, Federal Reserve (Fed) berada di akhir siklus kenaikan suku bunga.

Harga emas di pasar spot naik 0,1% jadi US$ 1.915,49 per ons setelah sempat menguat 0,8% menyusul pengumuman rilis data inflasi AS. Sementara harga emas berjangka AS ambles 0,1% jadi US$ 1.948,9.

"Indeks harga konsumen (consumer price index/CPI) naik 0,2% bulan Juli, menyamai kenaikan bulan Juni," kata Departemen Tenaga Kerja AS.

CPI naik 3,2% secara tahunan (year on year/yoy) dari kenaikan 3,0% bulan Juni, yang merupakan kenaikan tahunan terkecil sejak Maret 2021.

"Dengan CPI bergerak perlahan turun, menandakan Fed kemungkinan kecil akan menaikkan suku bunga, terutama pada pertemuan September," kata Direktur Perdagangan Logam High Ridge Futures, David Meger.

Sementara dolar melemah terhadap mata uang utama lainnya, membuat emas lebih menarik bagi pemegang mata uang di luar dolar. Namun, imbal hasil obligasi 10 tahun AS naik, menjaga kenaikan emas tetap terkendali.

Menurut Alat FedWatch CME, kemungkinan Fed membiarkan suku bunga tidak berubah pada pertemuan September sekitar 90,5% dari sekitar 86,5% sebelum rilis data inflasi AS.

Harga emas sangat sensitif terhadap kenaikan suku bunga AS, karena meningkatkan biaya peluang memegang emas batangan yang tidak memberikan imbal hasil.

Laporan terpisah Departemen Tenaga Kerja AS menunjukkan klaim awal tunjangan pengangguran meningkat 21.000 menjadi 248.000 untuk pekan yang berakhir 5 Agustus.

Di sisi lain, harga perak naik 0,2% menjadi US$ 22,72 per ons, platinum naik 2,2% menjadi US$ 908,21, dan paladium melonjak 4,5% menjadi US$ 1.290,94.